Kalau kita berbicara mengenai dakwah dan kekuasaan, seolah-olah kita sedang berbicara mengenai dua hal yang kontradiksi. Seperti kita tahu, dakwah adalah menyeru, mengajak orang kepada kebaikan dan tentunya dengan cara-cara yang baik, sedangkan kekuasaan cenderung lebih banyak berurusan dengan kepentingan dan biasanya sering menggunakan berbagai macam cara, tidak peduli baik atau tidak, asalkan kekuasaan itu dapat diraih. Bahkan pada perbenturan kepentingan, kekuasaan cenderung menarik garis batas antara kawan dan lawan walaupun ada adagium di dunia politik: tidak ada kawan atau lawan abadi di dalam politik (kekuasaan). Persepsi negatif ini wajar muncul karena beberapa orang (bisa jadi mayoritas) yang diberi kesempatan untuk berkuasa ternyata tidak mampu memanfaatkan kekuasaan itu untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat. Malah sebaliknya, kekuasan itu dimanfaatkan untuk memperkaya diri dan justifikasi tindakan kesewenangannya.
KEMBALI KE ARTIKEL