Setiap pemimpin tentu selalu mempunyai program. Setiap ganti pemimpin selalu saja programnya ganti, program barunya tentu saja adalah program dari pemimpin yang baru. Alhasil, program-program yang telah dirumuskan oleh pemimpin yang lama terbengkelai begitu saja, tak peduli meskipun itu adalah program yang bagus untuk keberlanjutan sebuah kota. Masing-masing pemimpin saling egois, hanya memikirkan programnya sendiri, dan hanya mengejar sebuah kata "keberhasilan". Ya, "keberhasilan" adalah sebuah kata yang selalu dikejar-kejar oleh setiap pemimpin. Dalam artian, setiap pemimpin baru pasti programnya baru, dan program itu harus dilakukan, dilaksanakan, agar nanti setelah turun jabatan, sang pemimpin bisa membanggakan diri dan berkata, "inilah keberhasilanku".
Tidak semua permasalahan yang ada di Ibu kota negara kita bisa terselesaikan dalam sekali membalikkan telapak tangan. Artinya, untuk menyelesaikan segala permasalahan Jakarta, mulai dari macet, banjir, tidak tertata, masih adanya kekumuhan, kemiskinan dan lain sebagainya, semua hal itu tentu harus melalui proses panjang dan berkelanjutan untuk menyelesaikannya. Saya kira tidak mungkin sekali gubernur menjabat, yaitu lima tahun, semua persoalan yang ada di Jakarta bisa terselesaikan dengan tuntas. Ini butuh proses keberlanjutan. Bukan gubernur baru dengan program baru, tetapi gubernur baru mau untuk melanjutkan program dari gubernur lama.
Untuk Jakarta, program pembangunan monorel itu bagus untuk mengatasi kemacetan. Tetapi mengapa program itu mangkrak, berhenti begitu saja ketika gubernur nya ganti?? Ya karena gubernur baru punya program sendiri untuk mengatasi kemacetan, seperti pembangunan jalan layang, juga program MRT. Kenapa setiap pemimpin harus egois?? Kenapa tidak bisa saling bekerjasama? Bagaimana cara bekerjasamanya?? Cara bekerjasamanya adalah dengan melanjutkan program dari pemimpin yang lama. Seperti masalah kemacetan ini contohnya, mestinya monorel dilanjutkan pembangunannya.
Saya bukan orang partai, dan juga bukan warga DKI Jakarta yang punya hak pilih. Saya hanya orang yang pernah tinggal di Jakarta, yang setiap kali keluar selalu mengalami kemacetan, setiap kali hujan tiba mengalami beceknya pasar, dan meluapnya air disaluran-saluran air. Tetapi saya sangat appreciate dengan Jokowi-Ahok. Mengapa?? Hanya Jokowi yang mau melanjutkan program-program gubernur yang lama. Seperti, melanjutkan pembangunan monorel, memperbaiki serta akan menyempurnakan program yang telah ada, seperti busway misalnya.
Sederhana, the new plan is the old plan. Melanjutkan program yang telah ada. Master plan telah ada tinggal dikerjakan, yaitu action. Itulah contoh dari seorang pemimpin yang mau bekerjasama. Demi apa?? Demi kebaikan bersama, demi kemajuan kota Jakarta bersama. Bukan memikirkan kepentingan sendiri, atau golongan tertentu.
Waktu masih tinggal di Jakarta, saya sering berpikir kenapa program pembangunan monorel mangkrak, berhenti, padahal tiang-tiang pancang telah berdiri. kenapa pembangunannya mesti berhenti, dan tidak dilanjutkan saja. Malah programnya ganti, jadi pembangunan jalan layang, serta yang baru muncul adalah program pembangunan MRT. kenapa tidak mau melanjutkan program pembangunan monorel, yang jelas bisa mengurangi macet, bisa membantu mobilitas warga bila macet. Kalau kawan sekalian pernah ke Malaysia, naiklah kereta dijam-jam padat (jam pulang kantor), nanti kawan sekalian akan tahu, bahwa dijam-jam macet itu, kereta layang sangat membantu mobilitas kita. Dibawah mobil macet, tapi kereta layang tetap berjalan, lancar. Begitu juga dengan program banjir kanal, sepertinya tidak tuntas-tuntas.
Selain melanjutkan program, saya juga appreciate dengan Jokowi-Ahok, yang berkomitmen untuk meluncurkan kartu sehat dan kartu pintar. Lebih efisien, bila warga tidak mampu sakit, butuh bantuan, perlu kerumah sakit, tidak perlu repot, ribet, dan ruwet, untuk mengurus surat keterangan miskin. Dan tentu saja, program peremajaan pasar tradisional, bebas becek dan bau, serta bebas pungutan. Seperti yang saya lihat, pasar tradisional di Singapura saja bisa ditata dengan baik dan rapi, serta tidak becek. Ini nantinya tentu akan sangat membantu para pedagang kecil. Dan masih banyak lagi program-program lainnya, yang tentu saja bisa membangun Jakarta untuk terus maju menjadi Ibu kota negara Republik Indonesia yang akan membanggakan kita semua tentunya.
Pada intinya, bila ingin negara kita maju, tentu para pemimpin harus bisa bekerjasama, jangan saling egois. Jangan ganti pemimpin terus ganti program kerja. Akhirnya kita malah akan menjadi negara yang tertinggal kalau pemimpin kita hanya memikirkan keberhasilannya seorang, bukan keberhasilan bersama. Program, master plan yang telah ada terus ditindaklanjuti dari satu pemimpin kesatu pemimpin yang lain. Terus berjalan, hingga pada akhirnya Jakarta akan menjadi ibukota yang apik, tertata, berseri, dan hijau.
Ada banyak harapan pada kemenangan Jokowi-Ahok (meski belum ditetapkan). Semoga Jokowi-Ahok, jika sudah naik jadi DKI 1 dan DKI 2, tetap menjadi seorang pemimpin yang low profile, tetap sederhana. Master plan yang telah ada tinggal ditindaklanjuti, dan perbaiki serta sempurnakan program-program yang telah berjalan, seperti busway misalnya. Selamat bekerja untuk Jakarta.