Di dalam daftar acara yang kebetulan mengundang para wartawan, ada nama media Kompasiana. Saat itu, saya belum berani menegur, tetapi hanya mengawasi dari jauh. Ternyata setelah acara, pria ini mendekati pihak panita dan meminta uang transport. Pihak panitia menolak permintaan dengan halus. Ia pun tidak memaksa.
Mungkin, pria yang mengaku “wartawan” Kompasiana ini tidak mengetahui keberadaan saya yang juga anggota blog yang dilahirkan dari kompas.com.
Dari acara peluncuran Film di FX ini saya mencoba menanyai lebih lanjut.
“Bapak dari media mana?”
Dengan percaya dirinya mengaku dari Kompasiana. Saya pancing terus, “Bapak dari media online kompas dong?”
“Beda dengan Kompas. Saya dari Kompasiana, bagian saja.”
“Terus, bagaimana kirim beritanya apa dapat honor?”
“Saya sih ngirim saja, tergantung Kompasiananya, kalau dimuat dapat honor.”
Saya semakin yakin, pria ini yang mencari keuntungan sendiri dan merusak nama baik Kompasiana. Saya pun langsung tanya namanya. Ia bukan hanya memberikan jawaban nama tetapi juga tempat tinggal dan nomor hpnya.
Untuk mengakrabkan dengannya, saya menggunakan bahasa Jawa, karena saya tahu dari dialeg yang digunakan berasal dari Jawa.
Ia berinisial ES, profesi wartawan gadungan ini dilakukan dengan menghadiri berbagai acara peluncuran produk. Dalam sehari saja, ia dapat menghadiri satu sampai tiga acara yang semuanya ada souvenirnya dan kadang-kadang minta amplop.
Selain itu, barang-barang souvenir yang didapatkan dari acara itu bisa dijual. “Saya kadang dapat handphone dan saya jual,” ungkapnya.
Ia juga mengaku, barang-barang itu bisa dijual ke rekan-rekannya.
Ternyata, pria bernial ES ini mempunyai jaringan wartawan penerima amplop. Obrolan saya dengannya terhenti dengan seorang laki-laki yang menghampiri. Keduanya berbisik-bisik. Saya minta pamit dan mencoba mengawasi gerak-geriknya.
Setelah acara peluncuran film ini, beberapa orang bergabung dengannya dan mendekati petugas penerima tamu. Mereka nampak menanyakan sesuatu, tetapi terlihat wajah mereka menundukkan kepala dan salah satu dari mereka menggaruk-garuk kepala. Saya mengira, mereka tidak dapat amplop.
Saya mencoba searching nama ES ini di Kompasiana, ternyata hanya satu tulisan. Saya juga tidak mengetahui apa akun ini benar-benar milik ES. Ia juga sering mengaku, sering menulis di Kompasiana berdasarkan rilis dan hasil tulisan itu selalu dikirimkan ke pihak EO untuk mendapatkan honor.
Salam Kompasiana
Katakan LAWAN terhadap Wartawan AMPLOP!!!
Inilah Foto "Wartawan Kompasiana"