Tidak seperti biasanya dalam acara pameran buku, pintu masuk Istora Senayan tertutup rapat. Selain itu, tempat parkir tidak terlihat mobil atau motor. Salah seorang ibu berumur sekitar 45 tahun, turun dari mobil menanyakan satpam.
“Mas, pamerannya tutup?”
“Iya bu, cuma satu hari.”
Kebetulan ibu tadi membawa kedua anaknya yang menginjak remaja. Nampak salah satu wajah anaknya menunjukkan kekecewaannya. Tanpa dikomando, remaja itu, berkata,”pameran buku tutup gara-gara nikahnya Ibas deh.” Langsung saja mereka menuju mobil mereka.
Berbeda dengan serombongan empat anak muda. Tanpa bertanya ke satpam yang bertugas, mereka langsung menuju ke pintu utama. Salah satu dari mereka berusaha membuka pintu yang tertutup sampai terdengar suara kreekkkk kreekkk kreeekkk. Petugas satpam menghampiri mereka dan memberitahukan pameran buku tutup untuk sementara.
“Tutup cuma satu hari, besok udah buka.”
“Ini gara-gara Ibas nikah….jadi pameran buku diliburkan.”
“Saya ngak tahu mas, besok ke sini lagi mas.”
Sewaktu akad nikah Ibas-Aliya di Istana Cipanas, sekolah-sekolah di sekitar acara tersebut meliburkan para siswanya.
Kejadian meliburkan juga terjadi saat pameran buku di Istora Senayan dan kebetulan bersamaan resepsi pernikahan Ibas-Aliya di Jakarta Convention Center (JCC).
Tempat pameran buku dan resepsi pernikahan sangat berdekatan, dan kemungkinan untuk menjaga keamanan. Rasionalkah, sampai meliburkan pameran buku? Para pengunjung buku, tidak peduli pernikahan itu. Mereka hanya ingin mendapatkan buku dan memperoleh ilmu pengetahuan, dan bukan pencari jabatan.
Tentu sangat berbeda dengan pengunjung resepsi Ibas-Aliya. Mereka kebanyakan para pejabat dan pengusaha. Mobil yang mereka miliki harganya ratusan juta.
Jakarta,26/11/1011