Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Patrialis Akbar Tertarik Mobil Nasional?

25 Juli 2010   09:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:37 745 0
Di salah satu stand pameran mobil terlihat pria yang sering tampil di televisi. Para pengunjung nampak begitu cuek terhadap pria ini, padahal ia mempunyai jabatan di kabinetnya Pak SBY. Pria tersebut adalah Patrialis Akbar, Menteri Hukum dan HAM. Ia mengunjungi Indonesia International Motor Show 2010 (IIMS) bersama keluarganya (25/07). Ia berbaur dengan pengunjung lainnya tanpa ada pengawalan khusus. Di salah satu stand mobil produksi Indonesia, wajah Patrialis nampak mengangguk-anggukkan kepala mendengar penjelasan dari Budi Setiawan, salah satu penjaga stand itu. Saya yang berada disamping Patrialis mendengar penjelasan bahwa mobil itu didesain oleh Suprapto yang notabene kakak kandung mantan pembalap nasional Tinton Suprapto. Kata Budi, mobil itu mendapat respon positif dari pemerintah dengan adanya campur tangan BPPT dalam menyempurnakan teknologi mesinnya. Sesuai anjuran pemerintah yang mengharapkan mesin ramah lingkungan, rangka mesinnya terbuat dari alumunium. Harga mobil itu terbilang murah, untuk kapasitas 5000 CC seharga antara Rp 34-35 juta. Sedangkan yang 4000CC seharga Rp 40 juta. Adapun bahan bakarnya menggunakan solar. Saya pun menanyakan keterkaitan Patrialis Akbar akan mobil itu. Ia pun sangat mendukung adanya kreativitas anak bangsa dalam membuat mobil nasional dan menyetujui peran pemerintah dalam mendukung usaha tersebut. Ternyata Patrialis Akbar hanya tertarik saja dan tidak membeli mobil tersebut. Padahal Budi, penjaga stand tersebut sudah menyodorkan beberapa harga dan diskon jika membeli dalam jumlah yang banyak. Kalau saya hitung dalam itungan menit, Patrialis berada di stand tersebut hampir 30 menit. Mungkin saja penjaga itu mengetahui yang datang pejabat pemerintah. Setelah meninggalkan stand itu, saya mencoba menanyakan beberapa hal terkait kebijakan pemerintah maupun lainnya dengan Patrialis Akbar. Pembicaraan dengan Patrialis Akbar dilakukan sambil berjalan. Suatu ketika ia tertarik melihat salah satu menjual ban, ia bersama keluarganya berhenti. Ia nampak begitu familiar, tidak marah atau terganggu acara keluarganya itu, saat saya menanyakan sesuatu hal termasuk urusan politik. Ia pun dengan sabar menjawab pertanyaan yang saya ajukan, jika pertanyaan itu menyangkut hal-hal sensitif terutama pergantian menteri, ia menjawab dengan diplomatis. Saya pun iseng bertanya, “Bapak tadi berada di stand mobil nasional kenapa tidak langsung membeli atau borong saja?” “Saya sangat setuju dengan mobil itu dan dari mesinnya sangat bagus, masalah membeli atau tidak, khan adik ngak tahu,” ungkap Patris. Istrinya pun menimpali dengan mengatakan bapak ini menyukai produk dalam negeri. Saya jadi penasaran, benarkah Patrialis mencintai produk dalam negeri? Dengan sabar saya selalu mengikuti Patrialis Akbar mengunjungi satu persatu stand yang dikunjunginya. Istri dan anak-anak Patrialis yang berada di samping dan belakangnya tidak merasa terganggu. Mungkin Patrialis dan keluarganya sudah mafhum kali dengan penampilan saya bak seorang wartawan dengan tas punggung dan kamera di tangan. Beberapa pengunjung yang mengenali Patrialis Akbar mengajak foto bersama. Dengan sabar Patrialis melayani mereka. Sekitar pukul 15.00 WIB, Patrialis menelpon seseorang dengan telepon genggamnya. Ia dan keluarganya menuju ke tempat keluar. Saya pun mengikuti mereka. Tiba-tiba mobil sedan mewah berwarna hitam buatan Jepang berhenti di depan mereka. Saat Patrialis Akbar dan keluarga memasuki mobil itu, saya pun menyatakan pamit dan mengucapkan terima kasih pada mereka. Dan setelah melihat yang dimiliki Patrialis Akbar sangat kontras apa yang dikatakannya dengan mendukung mobil nasional. Padahal mobil nasional sebagai perwujudan nasionalisme dan kesedehanaan. Sebetulnya saya ingin mengabadikan mobil Patrialis Akbar, tapi baterai kamera yang saya gunakan sudah habis. Salam Kompasiana [caption id="attachment_204235" align="aligncenter" width="300" caption="Dokumen Foto pribadi "][/caption]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun