Awalnya, enggan sekali saya menulis sebuah artikel yang bertujuan mengapresiasi tentang praktek perdukunan yang akhir-akhir ini mencuat di televisi dengan tema “Eyang Subur”. Karena ya sama saja, mengapresiasinya juga berarti memberikan semacam “kekuatan” terhadap popularitasnya. Ditambah lagi cara penyampaiannya dilakukan dengan emosionil. Hadeeeh, capek deeeh…. Untuk yang ke sekian kali bangsa ini dijejali oleh media dengan fenomena-fenomena yang sangat melemahkan ini.