Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Begal Jalanan Semakin Sadis

13 September 2013   21:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:56 232 0
MIRIS...! Aksi kejahatan di Jabotabek tak boleh dipandang remeh. Para begal jalanan cenderung main timpas dan main tembak kepada korbannya.  Begal bersenpi (senjata api) dan bersenjata pedang semakin merajalela. Saat mengeksekusi korbannya, mereka tidak melihat 'merk' (status sosial). Tidak peduli anggota TNI/Polri, para penjahat main tembak seenak udelnya, manakala kepergok korbannya saat melakukan aksi kejahatan.

Kasus terbaru menimpa Bripka Pol Sukardi. Anggota Polri itu tewas dieksekusi dengan sadis saat mengawal truk di depan Gedung KPK, beberapa hari lalu. Belum tertangkap pelakunya, semalam Briptu Ruslan Kusuma, anggota Sabhara Mabes Polri yang ditembak di Jalan Bhakti Abri, Cimanggis, Depok. Sepeda motornya dibawa kabur pelaku.

Pelaku berjumlah empat orang menggunakan dua motor matic. Saat itu korban sedang duduk di bangku dan motor hendak dicuci. Tiba-tiba pelaku menghampiri korban. Tanpa ba.. bi.. bu... pistol menyalak. Kunci motor dirampas, lalu pelaku kabur.

Sebelumnya, Aipda Patah Satiyono (53), di Jalan Cirendeu Raya, Ciputat, Tangerang Selatan, beberapa waktu lalu juga tewas bersimbah darah. Saat itu korban tengah berangkat ke kantornya naik motor menuju kawasan Gambir. Tiba-tiba dari arah belakang, dua penjahat bersepeda motor, melepaskan tembakan. Korban tersungkur bermandikan darah.

"Kalau dilihat dari peristiwanya, sepertinya pelaku memang sudah merencanakan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto. Rikwanto mengatakan, pelaku sudah mengetahui siapa yang menjadi targetnya. Bahkan, saat mengendarai motornya menuju ke kantornya, Aipda Patah mengenakan helm bertanda khusus anggota kepolisian.

"Itu helmnya kan tulisan POLISI besar dan kelihatan kalau kena lampu, berarti pelaku memang sudah tahu kalau korban adalah polisi," jelasnya.  Itu baru satu kasus. Kalau kita lihat di youtube (rekaman CCTV), aksi brutal para pencuri ranmor dan curat (pencurian dengan pemberatan) bersenjata api sangat-sangat miris dan membuat cemas.

Para pelaku tak lagi mengenal waktu. Biasanya mereka menjarah pada malam hari, kini aksi mereka cenderung dilakukan pagi hari ketika rumah dalam keadaan kosong atau hanya dijaga pembantu rumah tangga.

Paling mengerikan lagi, seperti yang terlihat di tayangan Youtube, para pelaku tak segan-segan menembak korbannya dengan senjata api.  Sebenarnya rasa was-was dalam berkendara di Jakarta, tidak hanya terjadi kali ini saja. Sejak tahun 1998, pelaku kejahatan jalanan semakin menjadi-jadi.

Wajar saja, kalau ada karyawan kantor yang terpaksa ngebut pada malam hari saat pulang menuju ke rumahnya, demi menghindari aksi kejahatan. Lebih-lebih di atas pukul 00.00 malam.  Biasanya, para pelaku kejahatan jalanan, main hantam dengan balok, main bacok dan main tembak kepada para pengendara.

Sebelum keluarga kita menjadi korban, hendaknya waspada dan waspada. Diantaranya, jangan biarkan anak-anak berpergian mengendarai motor pada malam hari. Beri petunjuk praktis kepada pembantu atau siapapun yang menjaga rumah, agar tidak membukakan pintu jika ada tamu tak dikenal datang ke rumah.

Lalu apa solusinya, apalagi kedepan aksi kejahatan diperkirakan akan semakin meningkat? Kawasan perumahan atau pemukiman warga akan menjadi sasaran empuk penjahat. Sementara aparat kepolisian tak akan mampu mengcover semua perumahan atau pemukiman warga yang ada di negeri ini, menginggat jumlah angggota polisi saat ini sekitar 395.000 orang atau masih jauh dari angka memadai, sekitar 760.000 orang.

Berdasarkan jumlah penduduk Indonesia sekitar 230 juta orang, rasio polisi dengan jumlah penduduk saat ini sebesar satu berbanding 580 orang. Mengantisipasi jatuhnya korban akibat tindakan brutal para bandit, sudah saatnya masing-masing kepolisian di daerah daerah membuat semacam petunjuk praktis (buku paduan) yang bisa dibagikan ke warga.

Isi buku petunjuk praktis itu macam-macam. Misalnya, apa yang harus dilakukan warga ketika memergoki aksi pencurian di rumahnya, di jalan dan lain sebagainya. Sebab, sampai saat ini masing-masing warga tak memiliki buku panduan yang berisi langkah-langkah praktis yang perlu dilakukan saat memergoki aksi pencurian. Paling yang dilakukan warga adalah berteriak, "Malinggg...... maling... maling..." saat memergoki penjahat.

Nah, ketika aksi itu dilakukan pistol keburu berbicara. "Doooorrrr....." korban tersungkur dan tewas. Lalu bagaimana cara paling efektif? Perlukah ada kentongan bambu di rumah? Kalau perlu, sudah saatnya aparat kepolisian mensosialisasikan dan memotori gerakan siskamling dengan modal kentongan bambu. Cara ini kayaknya rada efektif, dibanding berteriak maling, namun senjata lebih dulu meletus.

Solusi kedua, sudah saatnya aparat kepolisian bekerja sama dengan RT/RW untuk mendata masing-masing warganya, termasuk penghuni kos-kosan.  Selama ini para pengurus kampung lebih cenderung pasif dan baru terkaget-kaget kalau ada kejadian di wilayahnya.

Ketiga, hendaknya aparat kepolisian yang melakukan operasi di jalan-jalan dilengkapi detektor metal untuk mengetahui apakah ada senpi atau senjata tajam dibalik jaket pengendara.  Selama ini polisi hanya cenderung memeriksa kelengkapan surat-surat kendaraan dan SIM. Jarang sekali memeriksa jaket para pengendara. Padahal, para pelaku kejahatan yang terpantau di Youtube, biasanya mengenakan jaket tebal dan tak melepas helm.

Semoga kedepan, aparat kepolisian mampu memberantas bandit-bandit jalanan yang selama ini aksinya telah mencemaskan masyarakat...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun