Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan ekonomi daerah mulai menggeliat, transportasi sungai menurun perannya. Banyak warga mulai membuka lahan yang agak jauh dari sungai. Jalan-jalan di darat juga semakin massif dibangun untuk mempercepat mobilitas warga. Meski harus membuka lahan hutan dan lahan gambut serta menimbun rawa jaringan jalan semakin menurunkan peran sungai sebagai jalur tarnsportasi umum.
Meskipun jaringan jalan sudah semakin cepat perkembangannya, namun kkekhasan Kalimantan dengan aktifitas yang dominan di sungai tetap terlihat di Kabupaten Kapuas. Kapuas, merupakan kabupaten di daerah hilir Sungai Kapuas yang memiliki julukan sebagai Kota Air. Julukan ini benar adanya melihat sekeliling kota Kapuas dan kecamatan lain dikelilingi oleh sungai besar, sungai kecil, Anjir (saluran irigasi primer) dan Saka (alur sungai) serta Kanal. Anjir dibangun sejak zaman penjajahan Belanda menjadi penghubung antar sungai besar. Seperti misalnya Anjir Kalampan, yang membentuk saluran air yang besar dan panjang menghubungka Sungai Kapuas di Kapuas dan Sungai Kahayan.
Banyaknya sungai dan saluran air terkait letak geografis Kapuas yang berada di hilir sungai dan dataran banjir serta secara biofisik memiliki daratan berawa yang sangat luas. Di Kapuas, budidaya padi rawa merupakan aktifitas pertanian yang sangat banyak dijumpai. Seperti budidaya padi, karet dan kelapa sawit di rawa Gambut yang banyak dijumpai di Kecamatan. Mantangai. Demikian juga kayu Galam, yang hidup subur di genangan air, sangat mudah ditemui di kabupaten yang berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Selatan ini.
Saya mendapat kesempatan melihat sekelumit kehidupan warga Kapuas yang tinggal di pinggiran Sungai Kapuas, salah satu sungai terbesar di Kalimantan yang berhulu di Kalimantan Barat. Pengalaman sangat berkesan ketika saya naik Klotok (sampan kecil bermesin) menyusuri sungai Kapuas sejauh 80 km pulang pergi dari Mantangai Hilir Kecamatan Mantangai Kabupaten Kapuas.
Di pinggiran sungai, aktifitas warga sama dengan masyarakat yang tinggal di darat. Ada rumah warga, MCK terapung, Toko Kebutuhan sehar-hari, kios BBM dan bengkel dan juga warung makan. Di pinggiran sungai Kapuas yang lebarnya mencapai 300 m lebih, saya juga menjumpai aktifitas warga lainnya seperti mandi, mencuci, merendam karet dan kayu dan mengangkut kayu.
Adakah alat transportasi air di Sungai Kapuas saat ini? Tentu saja, sungai Kapuas masih ramai ditemukan alat transportasi air. Saya menyaksikan lalu lalangnya perahu penumpang dan barang, speed (perahu mesin cepat), klotok bermesin dan klotok atau perahu yang hanya didayung. Di Kabupaten Kapuas masih ada daerah yang tidak bisa dijangkau melalui jalur darat atau jalur darat mengalami kerusakan parah. Seperti Jalur Desa Pujon Ke Desa Tumbang Tukun di Kapuas Tengah, jalan satu-satunya harus melalui sungai Kapuas dengan menumpang speed.
Sungai Kapuas selain menjadi sarana transportasi juga menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat. Saya menemukan orang menjaring dan memancing ikan saat melakukan perjalanan menyusuri Mentangai Hilir hingga ke Desa Katunjung Kecamatan Mantangai. Di Pinggir Pelabuhan KP3 di Kota Kuala Kapuas juga banyak dijumpai orang memancing sambil menikmati pemandangan. sungai. Ikan yang hidup di Sungai Kapuas diantaranya Ikan Haruwan, Papuyu, Sepat, Patin, Baung dan ikan lain. Beberapa jenis udang juga hidup dan ditangkap di Sungai besar ini diantaranya adalah Udang Galah. Bahkan dulu banyak ditangkap ikan sejenis Arwana dari Sungai Kapuas dan kini sangat langka ditemukan.
Sayangnya, kondisi sungai Kapuas dan beberapa sungai lainnya di Kabupaten Kapuas mengalami tekanan lingkungan dari aktifitas masyarakat. Pendangkalan sungai sudah terjadi dimana-mana. Pendangkalan disebabkan meningkatnya erosi di hulu sungai akibat riusaknya hutan. Kondisi sungai yang makin keruh dan tercemar sampah dan limbah mengandung merkuri juga sangat dirasakan oleh masyarakat Kapuas. Masuknya Merkuri ke perairan sungai di Kabupaten Kapuas membuat beberapa warga semakin berhati-hati saat membeli ikan di pasar.
Kalimantan dengan budaya sungainya telah memberi sebuah sketsa kehidupan yang menarik. Sungai bukan bukan sekedar saluran besar untuk yang menampung curah hujan. Sungai telah melekat menjadi modal ekonomi, sosial dan budaya masyarakat Kalimantan. Dengan makin pesatnya pembagunan infrastrukstur jalan dan jembatan, sungai tetap menjadi tumpuan hidup warga Kalimantan khususnya di Kabupaten Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah.
Semoga Sungai Kapuas, sebuah bentang alam yang menakjubkan kebanggan warga Kalimantan, tetap membuat masyarakat yang hidup di sepanjang alirannya semakin mengeliat dan merasakan manfaatnya sampai jangka panjang.
Salam Lestari Sungaiku.