“Ini masih lumayan, Pak. Biasanya lebih dari ini.”
Demikian ungkapan seorang warga Mantangai melihat kami dan beberapa pengendara motor keluar dari “jebakan” jalan berlumpur di Desa Mantangai Hilir Kecataman Mantangai Kabupaten Kapuas. Saya kaget mendengar ungakapn tersebut. Bagaimana lagi kalau kondisi terparahnya?
Saya dan Pak Gandi, seorang staf Mangga Agni Daerah Operasi II Kapuas sejak lepas dari kawasan kebun Sawit PT GAL harus melewati jalan berlumpur. Jalan tanah yang lunak ini semakin parah apabila turun hujan tiga hari berturut-turut. Walhasil, saya dan Pak Gani bolak-balik turun naik kendaraam, mendorong motor, bahu membahu melewati jalan berlumpur. Motor, baju dan sepatu harus rela kotor dengan lumpur sehabis mengangkat dan mendorong kendaraan keluar dari lumpur.
Yang menarik, sesama pengendara motor yang melintas di jalan berlumpur, mereka saling bantu. Minimal ada diantara mereka yang memberi tahu jalan yang lebih mudah untuk dilewati. Bahkan ada diantara mereka yang ikut turun tangan mendorong dan mengangkat motor yang terjebak tak bergerak di tengah jalan berlumpur.
“Lewat sini, Pak, bisa…!” seru salah seorang warga menunjukkan jalur motor untuk bisa melintasi jalan berumpur.
Apakah warga yang menunjukkan jalan dan membantu mengangkat motor yang terjebak di lumpur itu minta bayaran? Tidak sama sekali. Gratis tanpa meminta apapun. Berbeda dengan fenomena beberapa tempat di kota lain, hanya untuk melintas di jalan berlubang yang ditutup tanah sekedarnya, banyak “pak ogah” yang meminta uang untuk pekerjaannya itu. Padahal pekerjaan mereka tak membuat jalan berlubang itu beres.
Meski perjalanan terasa berat, namun melihat kesigapan warga sesama pengendara yang membantu kami keluar dari “jebakan lumpur” rasanya hati ini kembali terang. Warga Mantangai. Khususnya dari Desa Lamunti harus melewati jalan berlumpur itu saat musim hujan bila ingin menghemat waktu. Memang ada jalan lain, namun memutar begitu jauh melewati Blok Sawit A1 dengan jalan berbatu.
Selepas beres urusan dari kota kecamatan Mantangai, saya dan Pak Gandi memutuskan untuk tidak lagi melewati jalan berlumpur. Apalagi matahari sudah hampir menyentuh ufuk Barat. Kami memutuskan untuk memutar melewati jalan di perkebunan karet menembus Blok A1-A2 di Desa Lamunti untuk kemudian tembus kembali ke Blok G1.
Itulah kisah melintasi jalan di areal Eks Proyek Lahan Gambut Sejuta Hektar (Eks PLG) di Mantangai Kabupaten Kapuas. Mega Proyek yang gagal di Era Presiden Soeharto menyisakan jalan-jalan desa dengan kualitas yang jauh dari infrastruktur desa yang berada di dekat kota.
Salam dari Kuala Kapuas!