Pagi ini kabut menyelimuti Kuala Kapuas. Saya baru beranjak keluar dari penginapan setelah kabut mulai menipis. Sabtu (22/4/2012), tidak ada agenda dalam penelitian saya. Saya tertarik untuk mengamati seorang staf Manggala Agni (MA) yang asyik memancing di kolam besar di samping mess atau penginapan kantor Manggala Agni Daerah Operasi II Kuala Kapuas.
“Pak, apa ikan yang banyak disini?” saya membuka pembicaraan dengan Pak Beni, staf MA yang sedang memegang pancing dari bahan plastik sepanjang 2 m.
“Ada ikan Sepat, Papuyu, Gabus dan Baung, Pak. Nila juga ada, Pak, tapi sulit dipancing.”
“Ini mau mancing apa, Pak?” saya menanyakan kembali.
“Ini saya mau mancing Gabus, Pak. Makanya umpannya beda. Saya pakai sarang tawon.” Pak Beni lalu memperlihatkan benda putih kecil bulat yang disangkutkan di ujung pancing yang disebutnya sebagai sarang tawon.
“Kalau mancing sepat lain lagi, Pak. Sepat pakai telur semut dan pancingnya harus kecil. Umpannya dicelupkan minyak goreng sedikit agar Ikan Sepatnya muncul ke permukaan.
“Oh, jadi Sepat bisa dipancing? Kata kawan saya tidak bisa?” saya mengkonfirasmasi
“Saya awalnya berpikir begitu, Pak. Tapi setelah saya lakukan, justru memancing Ikan Sepat sangat mudah.”
“Kalau Baung, Pak?”
“Nah ini ikan rakus, Pak. Hampir semua mau dimakannya. Tapi kesukaannya ikan-ikan kecil. Saking rakusnya, orang sini, yang suka gonta-ganti cewek atau playboy ,digelari “Cowok Baung”
“Oh, cowok playboy itu Cowok Baung, Pak? Saya mencoba menegaskan.
“Hahaha…” kami tertawa bersam.
Perbincangan ringan di pagi hari ini sangat menyegarkan pikiran saya sekaligus membuat saya berpikir sejenak. Mengamati tingkah ikan ternyata membawa pada analogi pada sifat manusia. Mengapa lelaki yang suka gonta ganti pacar di Kapuas digelari dengan Cowok Baung?
Di Kabupaten Kapuas, memancing adalah aktifitas hampir seluruh masyarakat. Tua-muda, lelaki-perempuan, suku asli-pendatang, pegawai-petani, semua suka dan biasa memancing. Fenomena ini di dukung oleh alam Kapuas yang di kelilingi oleh sungai besar, sungai kecil dan anjir (terusan) yang melintasi areal pemukiman. Bahkan banyak pemukiman di bangun di areal rawa dan aliran air yang penuh dengan ikan. Jadi, tak ada kata sulit mencari ikan disini.
Memancing ikan bukan sekedar hobi, namun sudah jadi salah satu tumpuan warga Kapuas untuk menambah kebutuhan lauk pauk rumah tangga. Ketika saya melihat Pak Beni memancing di saluran air penuh dengan tumbuhan air di pinggir kantor Manggala Agni di daerah Patih Rumbi Kuapa Kapuas, beliau sudah berhasil mendapat Ikan Sepat sebanyak satu ember kecil.
“Lumayan, buat dua hari, Pak,” kata Pak Beni.
Ini berarti, kehidupan masyarakat tak bisa dilepaskan dari ikan. Sampai-sampai perilaku ikan dianalogikan apda perbuatan manusia. Satu lagi. ikan adalah menjadi lauk-pauk harian bagi warga Kapuas. Tentu saja kuliner khas dan paling lezat di Kapuas adalah ikan.
Anda penasaran dengan ikan Baung? Silahkan simak link terkait “Ikan Playboy” eh Ikan Baung”
http://id.wikipedia.org/wiki/Baung
Atau di sini (Identifikasi Ikan Baung)
http://ana-teamo.blogspot.com/2011/08/ikan-baung.html
Salam