Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Menolong Pengemis

12 Januari 2012   03:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:00 309 1
Seorang pengemis memencet bel sebuah rumah besar. Tak ama kemudian, mucullah dari pintu samping rumah sesosok wanita pembantu rumah tangga yang kemudian memberikan uang sekedarnya. Pengemis wanita tengah baya itu menerima uang sedekah dengan riang.

Baru beselang beberapa menit, bel rumah besar itu berbunyi lagi. Ini sudah bel yang ke-tujuh dan pemencetnya adalah pengemis. Kali ini seorang lelaki berbadan tegap dengan pakaian lusuh berdiri memelas di depan gerbang.

” Mau apa kamu, Pak. Badanmu gede begitu, masak mengemis. Nih, aku punya kerjaan. Mau kamu kerja?” Wanita pembantu rumah tangga rumah itu bersuara keras.

Aneh, pemuda berbadan besar itu langsung melesat pergi. Dia tidak mau merespon tawaran kerja. Dia hanya ingin menerima uang sedekah dan dia tidak mau bersusah payah mendapatkannya.

Peristiwa di atas adalah salah satu masalah sosial di negeri kita. Banyak orang yang sebenarnya mampu bekerja namun tidak mampu atau tidak mau bekerja. Disisi lain, orang yang sebenarnya sudah pada kondisi tak mampu bekerja banyak berkeliaran melakukan kerja sehingga menimbukan rasa iba.

Masalah sosial berawal dari masalah kehidupan. Orang memiliki masalah kehidupan disebabkan tidak berjalannya fungsi-fungsi kehidupan sebagaimana mestinya. Orang bisa hidup wajar bila ia bisa makan, minum, bernafas dan beraktifitas. Bentuk aktifitas utama manusia yang dianggap wajar adalah mencari nafkah untuk diri dan keluarganya.

Beberapa penyebab masalah sosial secara umum ada empat. Pertama, tidak memiliki pekerjaan. Bila seorang tidak memiliki pekerjaan atau menganggur maka masalah kehidupan akan menghinggapi dirinya. Orang yang tidak bekerja akan merasa dirinya tidak mampu berbuat apa-apa. Ia juga merasa menjadi beban sehingga tidak mampu eksis di masyarakat.

Kedua, seorang bekerja namun pekerjaannya tidak mampu mencukupi diri dan keluarganya. Orang tersebut tidak mampu bekerja produktif sehingga hasil yang diperolehnya relatif tetap sementara kebutuhan hidupnya makin meningkat.

Ketiga, orang yang secara pemahaman dan moral tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Golongan ini seolah-olah tidak memiliki masalah kehidupan karena merasa berkecukupan secara materi dan sebagian eksis di masyarakat. Golongan ini sering tidak sadar bahwa dirinya memiliki masalah kehidupan karena sikap dan perilakunya yang merugikan lingkungannya.

Keempat, seorang yang secara fisik dan psikis mengalami keterbatasan permanen. Orang cacat permanen, orang terganggu jiwanya dan orang jompo masuk dalam kategori ini. Mereka adalah golongan yang merasa menjadi beban bagi orang lain. Bila tidak ada yang mengurusnya, mereka akan menjadi masalah sosial.

Banyak sebab orang mengalami masalah kehidupan. Bila kita bisa memahami penyebab masalah, maka kita bisa menentukan solusi yang tepat. Orang yang tidak mampu bekerja, tidak mampu bekerja produktif bukan disebabkan ketidakmampuannya. Seringkali mereka tidak memiliki cukup pengetahuan bagaimana cara mencari kerja dan bekerja secara produktif. Akses informasi yang terbatas karena tingkat pendidikan dan kelangkaan informasi menjadikan mereka akhirnya mereka menggantungkan hidup menjadi beban orang lain atau bekerja tapi tiak produktif.

Bagaimana kita Menolong

Prinsip penting dalam menolong seseorang atau kelompok orang adalah bagaimana menolong seseorang hingga seseorang mampu menolong dirinya sendiri. Ini adalah prinsip pemberdayaan. Pemberdayaan adalah mengembangkan produktifitas. Seringkali kita mengistilahkan pemberdayaan dengan :

”Jangan beri ikan, tapi kasih pancing”.

Istilah ini akan lebih tepat bila kemudian kita tambahkan

”Beritahu juga dimana kolam, sungai atau laut yang banyak ikannya, bagaimana cara memancing dan umpan apa yang cocok”

Memberi ”ikan” hanya cocok diberikan pada orang jompo, cacat fisik atau orang yang mengalami gangguan jiwa. Diluar golongan itu, kita harus mencari sumber masalah kehidupan mereka dulu sebelum memberinya ”pancing”. Salah mencari penyebab maka pertolongan kita akan salah sasaran. Jangan-jangan kita memberi santunan pada orang yang seharusnya dikembangkan produktifitasnya. Sebaliknya, kita memaksa orang yang sulit dikembangkan produkstifitasnya untuk diajak bekerja keras dengan bantuan sangat minim.

Bagi orang yang masuk pada golongan satu dan dua, tidak ada alasan untuk tidak bekerja. Kelompok ini perlu ditolong bagaimana mereka bisa sadar akan masalahnya dan kemudian ditingkatkan produktivitasnya. Bagi golongan ketiga, pertolongan diarahkan bagaimana dia sadar akan sikapnya yang merugikan orang lain sehingga produktifitas kerjanya membawa manfaat bukan mudharat.

Bagi orang yang masuk kategori golongan keempat, bantuan pada mereka berbentuk santunan. Kelompok ini tidak mungkin atau sulit dikembangkan produktifitasnya. Tetapi, kita justru melihat orang jompo dan orang cacat ternyata mampu bekerja produktif melebihi orang muda dan berbadan normal.

Apa yang bisa kita lakukan. Bila kita hanya punya informasi, itu adalah sesuatu yang sangat berharga bagi orang yang membutuhkan. Kita memiliki ketrampilan, itu akan dapat meningkatkan kualitas bagi produktifitas kerja. Kita punya modal, tentu saja kita harus salurkan pada program yang produktif dan ke lembaga yang berpengalaman agar efektif hasilnya. Bahkan, kalau kita hanya bisa menasehati atau memotivasi, tolonglah mereka agar bangkit semangatnya.

Seluruh pertolongan yang kita berikan pada kelompok orang yang bermasalah akan lebih efetif bila dikelola secara kelompok atau institusi dan amanah. Menyalurkan bantuan sendiri-sendiri kurang efektif karena masalah sosial sangat luas dimensinya. Kumpulan bantuan perorangan yang dikelola dengan baik akan terasa manfaatnya. Lebih baik memberi pada orang yang tepat dengan bantuan yang bersifat produktif daripada memberi pada banyak orang namun bantuannya bersifat konsumtif.

Bagaimana dengan Bantuan Tunai Langsung? Sudah tepat sasarankah? Sahabat sendiri yang bisa menilainya sesuai fakta yang ada.

Orang cacat saja mampu bekerja produktif tanpa disantuni, kenapa yang normal dan berbadan kuat malah menjadi pengemis?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun