Serabut asap wajahmu meliuk melambai. Mata sayup tulang sendi lunglai. Nafas tinggal separuh. Sedemikian tega engkau menyodorkan nikmat yang sengsara.
Sedetik saja, sedetik saja, suaramu menempel di telinga. Entah berbisik entah mendesah: hujan badai porak poranda. Jiwa basah sukma gelisah. Setan-setan bersorak.
Apa maumu!
Jangan berjubah misteri jika adamu hadir begitu nyata.