Di tanah gersang pecah-pecah
Saat matahari menyalak garang
Tak seorang pun beranjak
Tidak juga bertanya-tanya
Siapa penyairnya
Di taman bunga puisi mekar
Bersama kupu-kupu yang menari
Tak seorang pun tersipu
Tidak juga menutup wajah malu
Lalu mengapa aku menguras air mata
Menyesali nasibnya yang gulita
Di tengah zaman maya
Ketika bayang-bayang hadir lebih nyata
Tak sempat hidup menikmati puisi
Dikejar dan diburu hingga mati
Untuk apa mengasah rasa
Bila bedil dan kuasa adalah raja segalanya
Menulis apa aku ini
Pura-pura berpuisi
Jiwa yang ngenglengÂ
Ditolak dan dimaki
Oleh dunia yang disesaki iri dengki
Sebiji puisi di bilik nurani
Aku kunci pakai gembok mati
Berkelana tak ke mana-mana
Setelah ini hanya entah yang bertanya-tanya
Jagalan, Juni 2020