Mohon tunggu...
KOMENTAR
Hobby Pilihan

Mengeja Bait-bait Literasi di Kelas Kehidupan

7 Juni 2019   17:06 Diperbarui: 7 Juni 2019   17:15 85 5
Baiklah, melalui tulisan ini saya akan menyampaikan tahaddust binni'mah, mengabarkan kenikmatan dan kebaikan sebagai ungkapan syukur kepada-Nya.

Saya berusaha menggeser paradigma bad news is good news di tengah atmosfer tayangan good news is bad news.

Adalah tentang anak-anak kita, para siswa MTsN 2 Blitar, dalam beberapa bulan terakhir sedang mengeja bait-bait literasi di sekolah mereka. Kabar baiknya adalah di antara jam belajar yang padat mereka berkesempatan belajar menuangkan ide, gagasan, isi pikiran melalu Kelas Menulis. Kabar baik selanjutnya adalah tulisan itu diterbitkan menjadi sepuluh buku Kumpulan Cerita Anak. Lima buku tengah diproses cetak dan lima buku selanjutnya sedang diedit dan ditata layout-nya.

Saya mengapresiasi upaya sekolah menyediakan wadah yang membukakan pintu selebar-lebarnya untuk peserta didik, tidak hanya supaya mereka terampil menulis isi pikiran. Lebih dari itu: di tengah keprihatinan kita terhadap tumpulnya nalar berpikir yang mengisi dialog publik di media sosial maupun televisi, Kelas Menulis MTsN 2 Blitar menawarkan optimisme bahwa anak-anak perlu "diselamatkan" dari "kegelapan" cara berpikir yang mengepung generasi sebelum mereka.

Kelas Menulis itu ibarat upaya evakuasi minadh-dhulumaati ilannuur, dari gelap menuju cahaya.

Saya bayangkan anak-anak sedang menyongsong semburat cahaya dari timur dengan hati gembira dan wajah sumringah. Optimisme ini semoga menjadi bahan bakar yang menyulut semangat Kepala Madrasah, para guru, orang tua dan anak-anak sendiri. Lebih istikomah dan tidak gampang loyo saat berhadapan dengan sejumlah tantangan.

Tulisan anak-anak dalam buku Kumpulan Cerita Anak merupakan harta karun yang siapapun bisa menggalinya. Guru Mata Pelajaran, Guru Bimbingan dan Konseling (BK), psikolog, psikiater, orangtua dan para stakeholder pendidikan, silakan membaca dan mencermati "dunia dalam" isi pikiran dan gelombang perasaan anak-anak.

Apa yang ditulis peserta didik bisa mengungkap apa yang selama ini luput dari komunikasi formal proses belajar dalam berbagai sisi pedagogis, psikologis, budaya, hingga spektrum detail kemanusiaan yang lebih luas dan dalam.

Apalagi di usia yang masih cukup muda mereka tengah mencari jati diri, merumuskan identitas personal dan identitas sosial. Mereka akan bersuara untuk menyikapi, misalnya tema bullying, intoleransi, kekerasan, penyalahgunaan narkoba, walaupun tidak menggunakan kalimat yang eksplisit. Riak gelombang tulisan mereka menampilkan getaran yang yang cukup jelas bagaimana sesungguhnya anak-anak tengah mendambakan kehidupan hari ini yang lebih baik dan masa depan yang menggembirakan.

Ringkasnya, hasil dari riset tulisan itu menyodorkan manfaat yang berlapis-lapis sesuai misi dan visi pendidikan. Kelas Menulis adalah Kelas Kehidupan.

Butuh kesabaran dan ketelatenan membaca hasil karya anak-anak. Ungkapan pikiran mereka kadang terasa gagap, terbata-bata, belum jangkep unsur-unsur analogi nalarnya. Tidak apa-apa. Berhasil menggali isi hati dan pikiran lalu menyajikannya dalam deretan kalimat dan paragraf merupakan keberhasilan yang patut diapresiasi. Apalagi keberanian menyampaikan isi pikiran itu berlangsung di tengah praktik pembelajaran yang serba instan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun