Proses pembuatan media bisa menggunakan kertas apapun. Namun agar awet bisa menggunakan kertas yang bahannya agak tebal. Lalu diberi gambar/foto yang sesuai pokok-pokok materi yang akan disampaikan. Gambar/foto harus berukuran besar agar bisa menjangkau seluruh siswa. Agar media tidak monoton media gambar atau foto dalam pembuatannya harus di beri variasi, agar menarik seperti gambar porno, sehingga subtansi pesan yng ingin disampaikan dari media tersebut bisa diterima oleh peserta didik. Pembuatannya difikirkan terlebih dahulu supaya media yang di buat tidak hanya sekali pakai dan bisa digunakan untuk semua mata pelajaran. Misalnya, media gambar PKN dengan dalam pembuatannya dikombinasikan seperti majalah dinding dan papan tempel, sehingga media bisa digunakan hampir semua mata pelajaran, hanya dengan mengganti gambar yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan tanpa merusak media itu sendiri.
media gambar atau foto tergolong media yang sering digunakan untuk lebih memeperjelas atau mengabadikan sebuah peristiwa dan kejadian. Bahkan sebuah berita terasa kurang jika tidak dilengkapi gambar atau foto. Kekurangan dari media gambar atau foto ini adalah:
Media Ini tidak akan jelas jika tidak diberi penjelasan yang detail,baik dari segi waktu (hari, tanggal) atau segi kuantitas. Misalkan foto atau gambar tentang bencana alam, maka dari gambar tersebut khalayak tidak tahu peristiwa tersebut terjadi hari apa tanggal berapa ataupun jumlah korban berapa. Karena tidak tertulis di situ, dan gambar biasanya hanya menampilkan suasana perwakilan dari seluruh kejadian yang terjadi. Jadi gambar tidak bisa terbaca dengan detail jika tidak di dukung dengan teks atau tulisan. Gambar biasanya lebih menarik daripada tulisan dan mudah di ingat oleh khalayak yang melihatnya.
Sedangkan kelebihan dari gambar atau foto adalah mendukung atau lebih memperjelas dari teks atau tulisan. Dengan adanya gambar atau foto, paling tidak peserta didik bisa mengetahui keadaan atau kejadian tersebut meskipun tidak secara menyeluruh. Selain itu, gambar atau foto biasanya dimaknai oleh peserta didik dengan berbeda- beda. Sehingga menimbulkan pemahaman yang berbeda pula antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya. Kadang juga bersifat ambigu, dimana maksud dari Guru berbeda dengan yang melihat foto atau gambar tersebut. Oleh sebab itu disinilah peran Guru di butuhkan untuk menyamakan persepsinya.