Setiap malamnya ia berusaha untuk bangun malam, melaksanakan sholat malam. Setiap paginya ia membantu ibu bersih-bersih rumah. Dan setiap malam ia belajar dengan ayahnya, meskipun belum ada listrik di rumahnya. Ayahnya selalu memberi nasihat kepada Joko setiap malamnya. “Nang………(panggilan orang tua kepada anaknya), ojo lali karo sing gawe urip(jangan sampai lupa sama yang memberikan penghidupan), ning endi wae ojo lali karo sing gaweurip lan gaweo apik karo wong liyo(dimana saja jangan lupa sholat dan berbuat baiklah sama orang lain)” ayah Joko menasihatinya. “Nggih Pak InsyaAllah” (ya pak insyaAlllah) jawab joko dengan nada lembut.
Pada hari Minggu, Joko pergi kehutan dengan membawa parang(pisau yang berukuran besar) dan tali yang terbuat dari bambo. Sebelum joko pergi kehutan,, ia selalu membersihkan rumah dan membantu pekerjaan ibu.Joko tidak lupa membawa bekal untuk mekan siang dan membawa sarung untuk shalat dhuhur.
Sesampainya di hutan, dengan semangatnya ia mengumpulkan satu persatu potongan kayu bakar dan mencarinya kesana kemari. dihutan rimba yang lebat, dia hanya seorang diri dan joko tidak pernah mengeluh dengan keadaan dirinya yang seperti itu. Dalam setiap langkahnya ia selalu berdo’a kepada Allah:” ya Allah…….. mudahkanlah dalam setiap urusanku, karena memudahkan urusanku bagi Mu adalah perkara yang mudah. Dengan keuletannya ia telah mengumpulkan kayu yang sudah cukup untuk dibawa pulang,” Alhamdulillah ya allah “ ia berkata dalam hatinya.
Jokopun beristirahat untuk shalat dan makan siang. Setelah makan siang selesai, ia pergi ke tepi hutan untuk mencari buah-buahan. Sesampainya ditepi hutan ia menemukan buah sirsak yang sudah matang, ia memetik beberapa buah, ada yang langsung dimakan dan ada pula yang di bawa pulang. Tidak terasa waktu sudah sore, iapun harus pulang kerumah dan ia membawa kayu bakar dan buah sirak. Pekerjaan seperti itu ia lakukan sejak kecil hingga sekarang.
Ia mempunyai tekad yang kuat untuk merubah nasib keluarganya, ia ingin membahagiakan kedua orang tuanya. Setip harinya joko tidak selalu diberi uang saku, karena tidak setisp hari mempunyai uang, kalau adapun ia gunagkan untuk makan sehari- hari, itupun belum tentu cukup. Joko adlah anak satu-satunya, harapan kedua orang tuanya.
Setiap maghrib ia selalu pergi ke mushola untuk shalat berjama’ah, setelah shalat maghrib ia mengajari anak-anak kecil untuk membaca dan bekajar al-qur’an ,dengan alat tulis seadanya ia mengajar dengan ikhlas. ia selalu berusaha untuk menjadikan yang terbaik bagi dirinya dan juga orang lain, dia selalu membisakan diri ketika di suruh orang lain.
Di suatu hari setelah ia selesai shalat maghrib, iapun melakukan hal yang seperti biasa yaitu mengajari anak-anak kecil membaca dan menulis al qur’an, menghafal do’a-do’a shalat, dan doa sehari-hari. Ia pun memulai melaksanakan hafalan do’a-do’a sholat. “adik-adik, coba sekarang bersama-sama menghafal doa ruku” Joko mulai mengajar. Dari belakang tiba-tiba ada anak kecil yang berbicara,”mas joko, ruku’kan yang digunakan untuk shalat anak perempuan?” kata anak kecil itu.” Oalah itu namanya rukuh (mukena) dik, kata Joko”. Teman-temannya serentak tertawa “ha..ha..ha..”dalam hati Joko berkata : “kecil-kecil ko sudah bisa bercanda”. Joko merasa senang bisa berbagi dengan anak-anak kecil.
Setiap harinya ia selalu memamanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Ia selalu disiplin ketika berangkat sekolah, karena jarak dengan sekolah yang cukup jauh iapun selalu berangkat ketika hari masih petang dengan jalan kaki bersama teman-temannya. Di sekolah yang bangunannya masih sederhanapun ia belajar dengan tenang, tidak memikirkan bangunan sekolah yang jelek, ia selalu bisa menangkap apa yang di ajarkan oleh gurunya, ia bukan anak yang cerdas tetapi selalu berusaha untuk bisa. Gurunya kagum dengan apa yang dimiliki oleh Joko. Dikarenakan Joko akan menghadapi Ujian Nasional, ia menambah volume belajarnya.
Setelah pulang sekolah Joko selalau melaksanakan kebiasaannya yaitu bermain dengan teman-temannya, dengan mainan yang di buatnya sendiri seperti mobil-mobilan, tembak-tembakan yang terbuat dari kayu. Ia merasa sangat bersyukur karena memiliki tubuh yang sempurna tidak cacat, ia bisa melakukun banyak hal daripada temannnya yang cacat, iapun selalau berusaha memanfaatkan apa yang ia punya dengan sebaik-baiknya.
suatu hari ia dipanggil oleh gurunya, iapun pergi kekantor
dengan hati yang resah, ia mempunyai firasat yang tidak baik dan iapun duduk di ruang guru. Setelah beberapa menit, iapun keluar dari kantor dengan muka yang kusut tidak punya gairah untuk hidup. Setelah pelajaran usai, iapun langsung pulang dan diperjalanan ia ditanya teman-temannya. “ jo…… mengapa mukamu kelihatan sedih? “ , tapi joko tidak mau cerita pada temannnya. Yemannya mencoba menghibur joko tetapi ia malah lari meninggalkan temannya. “ joko…. Joko…. Joko…. “ seru teman-temannya. Teman-temannyapun heran dengan apa yang terjadi pada Joko.
Setelah sampai dirumah, joko berusaha menenangkan hatinya. Ia mencoba menceritakan dengan tenang kepada kedua orang tuanya setelah hatinya tenang. Setelah pulang dari mushola, ia mencoba menceritakan pada orang tudengan tenang kepada kedua orang tuanya setelah hatinya tenang. Setelah pulang dari mushola, ia mencoba menceritakan pada orang tuanya tentang apa yang disampaikan oleh gurunya. Setelah mereka beanya tentang apa yang disampaikan oleh gurunya. Setelah mereka berbincang panjang lebar, ternyata joko belum membayar uang sekolah selam 6 bulan dan disuruh untuk segera melunasinya karena akan melaksanakan Ujian Nasional. Ayah Joko bersikap tenang dan nyata Joko untuk sabar, pati Allah akan memberikan jalan keluarnya. Jokopun merenung semalaman tidak bisa tidur.
Pada hari minggu seperti biasa, joko pergi kehutan dan ia membawa bekal utuk makan siang. Dengan semangatnya ia pergi kehutan dan dalam perjalanan ia merenung ,”bagaimana caranya saya bisa membantu ayanh untuk membayar uang sekolah?”, dia selalu mengulang-ulang dalam hatinya. Sesmpainya dihutan, ia mulai mencari kayu bakar dan saat ia mencari kayu bakar tiba- tiba ada suara yang memanggil namanya,” joko… joko….”, suara itu terdengar sangat nyaring dan berada dibelakangnya. Jokopun takut karena di hutan rimba dia seorang diri dengan rasa yang amat takut Ia mencoba menengok kebelakang , ternyata ada seokor kera sedang duduk diatas pohon. Jokopun tidak percaya kalo kera bisa bicara, kerapun mulai bercakap-cakap dengannya. Pada akhirnya joko disuruh pergi ke sungai di tepi hutan. Jokopun pergi kesana dengan hati yang was-was dengan diikuti kera dibelakangnya.
Sesampainya di sungai kera memerintahkan joko untuk masuk kedakam sungai untuk menggali pasir. Jokopun melakukannya dengan bertanya-tanya untuk apa ini semua ?. tiba-tiba ia melihat pancaran kuning yang keluar dari dalam pasir, iapun mendekatinya dan ternyata merupakan emas batangan. Joko masih belum percaya, ia kembali ketepi sungai dan menyerahkan kepada kera, kerapun berbicara ,”ambillah itu milikmu”. Jokopun sangat bersyukur kepada Allah, ia di beri rizki dan nikmat dari jalan yang ia tidak sangka-sangka. Ia pulng ke rumah dengan hati yang berbunga-bunga.
Setelah sampai rumah iapun menceritakan apa yang di alaminya kepada kedua orang tua, ibunya pun memeluk Joko dengan erat, Ibunya menangis bahagia. Jokopun mengambil emasnya sedikit demi sedikit untuk di jual dan segera di bayarkan kepada sekolah.Meskipun demikian, Joko masih tetap bekerja keras dan ia selalu berbagi rizki kepada tetangganya, ia tdak sombong dan tidak bermalas-malasan.
Karena Joko akan menghadapi Ujian Nasional, ia mempersiapkannya sejak dini, ia berjanji akan membahagiakan orang tuanya sebelum mereka meninggal dunia meskipun Joko tidak tahu sekalipun akan umur dirinya, tetapi keyakinannya tetap ia bangkitkan. Joko selalau membayangkan bagaimana masa kecilnya ketika ia masih disusui, di gendong, dan di suapin oleh ibu. Joko sangat bahagia ketika bisa berhasil untuk memberikan senyuman terlebar untuk kedua orang tuanya terutama ibunya.
Joko belum ada pandangan untuk melanjutkan sekolah, karena ia tahu kondisi orang tuanya. Tetapi ia sangat ingin melanjutkan sekolahnya, ia bertekad untuk merubah nasib orang tuanya, ia selalu berdoa kepada Allah, agar memberikan yang terbaik untuk dirinya, ia selalu yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi dirinya.
Hari yang din nanti-nantikan akhirnya datang juga yaitu Ujian Nasional. Ia siap untuk menghadapinya, hari demi hari telah berlalu, iapun selalu keluar dari ruangan dengan wjah yang ceria. Dia pasrah dengan apa yang ia kerjakan, setelah ia berusaha dengan semaksimal mungkin. Ia juga tidak lupa untuk shalat malam, dan dia selalu berusaha untuk membantu orang lain.
Hari pengumuman Ujian akhirnya tiba, ia sangat berdebar-debar hatinya, guru pun sudah membawa pengumuman kelulusan Ujian kedalam kelas, dengan di ikuti orang tua di belakang guru. Teman Joko yang nomor absen satu sudah mulai di panggil namanya, temannya di nyatakan lulus. Joko bertambah berdebar hatinya, Jokopun di panggil dan ibunya maju dengan turut berdebar-debar, “Ya Allah berilah anaku hasil yang terbaik” doa ibu joko dalam hatinya. Setelah melihat hasil pengumuman Jokopun dinyatakan LULUS, ia langsung sujud syukur dan memeluk ibunya dengan erat ia menagis bahagia, ibunyapun ikut menangis melihat anaknya bahagia.
Joko juga menyandang siswa dengan nilai kelulusan ter baik. Ia berhak untuk melanjutkan sekolah dengan gratis, ia melanjutkan ke pesantren yang di tunjukan oleh gurunya, ia sangat bersyukur bisa melanjutkan ke pesantren.
Dia yakin di setiap kesulitan pasti ada kemudahan dan di setiap ada kemauan yangb baik pasti ada jalannya. Perjalanan hidup Joko belum berakhir, ia selalu akan mencari ilmu selagi ia masih mampu melaksanakannya, ia mulai mempunyai harapan dan cita-cita yang sebelumnya belum pernah ia cita-citakan, ia ingin melaksanakan ibadah haji bersama kedua orangtuanya selagi masih ada kesempatan dan ia yakin pasti ia bisa selagi masih ada kemauan, usaha dan doa kepada Allah.