Samarinda, kota yang dahulu dikenal sebagai "Kota Tepian" dengan panorama Sungai Mahakam yang memesona, kini terjerat dalam belenggu kemacetan yang kian hari kian mencekik. Klakson mobil yang bersahut-sahutan, asap kendaraan yang mengepul, dan manusia yang terpaku di atas aspal bagaikan simfoni kesemrawutan yang tak berujung. Kemacetan bukan sekadar masalah waktu, tapi juga monster yang melahap energi, ekonomi, dan kualitas hidup masyarakat Samarinda.