Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Megadeth, dan Kritik Sosial

17 Maret 2015   17:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:31 689 0
[caption id="" align="aligncenter" width="487" caption="Line-up klasik Megadeth (1990-2000): Dave Mustaine (vokalis, gitar), Nick Menza (drummer), David Ellefson (bass), Marty Friedman (gitar). (TrueMetal)"][/caption]

(Tulisan ini adalah sebuah bentuk apresiasi penulis terhadap karya-karya Megadeth.)

Masyarakat, kumpulan individu yang berkumpul hingga membentuk sebuah identitas yang bersifat permanen. Mereka kemudian menerapkan norma, adat-istiadat, hukum, peraturan, yang kesemuanya dibuat untuk mengatur kehidupan mereka menjadi lebih aman dan tertib. Namun, masyarakat sosial yang terdiri atas kumpulan berbagai individu dengan isi otak yang saling berbeda membuat mereka punya cara sendiri menginterpretasikan hidup yang dijalaninya. Dan tentu saja hal tersebut bisa berupa kritik terhadap apa yang dilihat dan dirasakannya dalam menjalani aktivitas sosialnya sebagai makhluk sosial.

Segala hal mengenai kritik-mengkritik ini dimulai sejak sudah lama sekali, mungkin sejak manusia sudah mengenal bahasa dan kosakata untuk menyindir atau menyinggung hal-hal yang dianggapnya tak pantas dan tak sesuai. Di ilmu sosial dikenal “Mahzhab Frankfurt” dengan Juergen Habermas sebagai pentolannya. kehidupan sosialnya tanpa adanya campur tangan negara sebagai pihak pengatur tertinggi. Adinegoro (1949) mengatakan bahwa kritikadalah sebuah pertukaran pikiran yang dilakukan secara jujur. Dan Megadeth juga tak ketinggalan mengkritik masyarakat.

Ya, Megadeth. Band yang terbentuk tahun 1983 di Los Angeles ini punya lirik-lirik lagu yang mengkritisi sosial-politik (selain yang bertema perang) yang dibungkus dalam musik thrash metal yang keras. Sebab mengkritik bukan cuma milik sastrawan ataupun novelis, melainkan juga musisi. Megadeth seringkali mengkritik sosial-masyarakat dalam hampir semua lagu-lagunya. Lagu “Peace Sells” dari album “Peace Sells…But Who’s Buying?” (1986) mengkritik mengenai kehiduan masyarakat yang sudah terkungkung oleh berbagai pola yang (ironisnya) diciptakan sendiri oleh masyarakat. Secara singkat, disebut terinstitusi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun