Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

...Tahu Diri

14 Juli 2010   02:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:53 2375 0
(14/7/10/pkl 9.19 wita)

hujan di pagi hari seperti ini membuat saya iseng-iseng menulis, yang idenya sejak kemarin sudah muncul di pikiran hendak segera dituangkan ke dalam bentuk tulisan.

hmmm...tahu diri? ya, dua kata yang mungkin sering anda dengar. apalagi jika dimasukkan ke dalam suatu kalimat yang contohnya seperti ini, "dasar manusia tak tahu diri, berani melawan orangtua?!. Rasakan akibatnya, ciaaat !!" (mengutip salah satu kata-kata yang sering saya nonton di film-film laga, hehehe..). Pasti anda akan paham dengan kalimat di atas, tanpa perlu saya jelaskan lagi. Bahwa sebagai manusia kita harus tahu diri, bahwa kita tak bisa lahir ke dunia ini tanpa melalui kedua orang tua. Jadi, salah besar jika kita durhaka kepada mereka. sehingga wajarlah, jika manusia yang tak tahu diri tadi mendapat balasan yang setimpal yang entah bagaimana bentuknya (yang diwakili oleh kata-kata "ciaaat" tadi, hehehe).

Menurut kamus bahasa Indonesia, tahu diri memiliki arti yaitu mengerti keadaan dirinya, kedudukannya, dan sebagainya. Jika diumpamakan, seorang pelajar harus mengerti dirinya bahwa ia adalah seorang yang tugasnya menuntut ilmu (belajar), mengenai apapun itu. Jika suatu saat ia melenceng dari fungsinya sebagai seorang yang menuntut ilmu, maka orang-orang akan mengatakan bahwa ia tidak tahu diri. Sama halnya dengan seorang anak, jika ia lalai dalam berbakti kepada orangtuanya, maka wajar jika ia dikatakan 'tidak tahu' diri. Sebabnya mungkin anda sudah ketahui kenapa si anak tadi dikatakan demikian (anda kan sudah dewasa, jadi pasti bisa menjawabnya, hehehe..)

Di lain pihak, seorang pejabat tidak akan dicemooh setiap hari jika ia sadar akan tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Coba tengok di berbagai media, dari pagi hingga malam, isinya tak pernah luput dari berita demonstrasi masyarakat yang tidak puas dengan pelayanan mereka. Bahkan ada beberapa oknum pejabat, yang terlalu melenceng jauh dari tugasnya. Contohnya, mereka yang terang-terangan mencuri uang rakyat yang seharusnya digunakan untuk kepentingan rakyat.

Saya teringat kisah seorang kawan saat berurusan dengan birokrat ketika ingin membuat KTP. Dia bercerita panjang lebar dari A sampai Z, bagaimana ia mendapat perlakuan yang tidak seharusnya. Mulai dari pandangan orang-orang di kantor tersebut yang seolah-olah mengatakan "wah, ada sumber uang nih, hehehe.." (yang tentunya dikatakan dalam hati) saat kawan saya tadi baru memasuki kantor tersebut. Dan hasilnya tentu saja, kawan saya tadi kalah telak, entah dengan berapa 'gol'. Membuatnya harus merogoh koceknya berulang kali, akibat dipungut kiri-kanan dengan mengatasnamakan harus bayar ini dan itu. Untung saja, kawan saya tadi masih bisa menahan diri, jika tidak seperti ini, KTP tidak akan selesai pikirnya sambil diikuti dengan pertanyaan, "inikah apa yang disebut sebagai "good governance ???".

Setelah menceritakan kisahnya, kawan saya lalu berpesan, agar berhati-hati jika suatu saat harus berhadapan dengan oknum birokrat-birokrat biadab tersebut (mungkin salah satunya dengan membawa uang yang lebih, hehehe...). Itulah salah satu contoh terdekat jika kita belum mengenal apa yang disebut 'tahu diri'. Andaikan saja pelayan masyarakat di negeri ini sudah tahu diri, tentunya kita tidak akan hidup seperti ini.

Tapi terlepas dari semua itu, untungnya masih ada beberapa yang sudah mulai menyadari akan pentingnya "tahu diri" ini. Bagi yang belum, masih ada kesempatan berusaha sedikit demi sedikit untuk menyadarinya.

semoga bermanfaat

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun