Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Melihat Perang Rusia Ukraina dari Kacamata Sejarah Uni Soviet dan NATO

9 Mei 2023   14:10 Diperbarui: 9 Mei 2023   14:14 182 1
Sejak terjadinya intervensi pada awal 2022. Pada bulan Februari, pasukan Rusia mulai meningkatkan kekuatan militernya dan membangun pasukan di perbatasan Ukraina, kemudian pada bulan April 2022 pasukan Rusia dan separatis pro-Rusia melancarkan serangan besar-besaran ke wilayah Donbas, yang menyebabkan ribuan orang tewas dan terluka, serta memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka untuk melarikan diri ke tempat yang lebih aman.

Pada tanggal 24 April 2022 terjadi invasi langsung ke wilayah Ukraina dan menduduki beberapa kota penting, termasuk Kharkiv, Sumy, dan Chernihiv. Serangan ini menyebabkan terjadinya pertempuran sengit antara pasukan Ukraina dan Rusia juga menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi konflik yang lebih luas. Konflik Rusia-Ukraina saat ini masih berlangsung dengan situasi yang cukup menegangkan mulai peningkatan tensi militer di wilayah perbatasan antara Rusia dan Ukraina. Rusia telah mengerahkan ribuan pasukan dan peralatan militer ke perbatasan Ukraina, sementara Ukraina juga meningkatkan kehadiran militer di wilayah itu. Konflik ini juga telah menyebabkan krisis kemanusiaan di Ukraina, dengan jutaan orang kehilangan tempat tinggal dan akses terhadap bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan. Situasi ini menunjukkan bahwa konflik Rusia-Ukraina masih jauh dari selesai, dan perlu dilakukan upaya bersama dari seluruh komunitas internasional untuk mencapai perdamaian dan membantu mengatasi krisis kemanusiaan yang terjadi.

Jika melihat sejarah, Konflik antara Rusia dan Ukraina tidak hanya berkaitan dengan sejarah Uni Soviet dan NATO, tetapi juga dengan sejarah Ukraina dan Rusia serta hubungan politik dan militer antara negara-negara tersebut. Dalam sejarah Uni Soviet, Ukraina merupakan salah satu republik yang membentuk Uni Soviet. Pada masa itu, Uni Soviet dianggap sebagai kekuatan dunia yang berpengaruh dan memiliki kebijakan luar negeri yang agresif. Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Ukraina memproklamirkan kemerdekaannya.

Kemudian, pada tahun 2014, terjadi Revolusi Ukraina yang menggulingkan Presiden Viktor Yanukovych yang pro-Rusia. Setelah itu, Rusia menduduki wilayah Crimea di Ukraina dan mendukung separatis pro-Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk di Ukraina Timur. Hal ini memicu ketegangan antara Ukraina dan Rusia yang berlanjut hingga saat ini. Setelah kejatuhan Yanukovych, Ukraina memilih untuk lebih mengarahkan diri ke Barat dan berusaha untuk bergabung dengan Uni Eropa dan NATO. Namun, keinginan Ukraina ini bertentangan dengan kepentingan Rusia yang ingin mempertahankan pengaruhnya di Ukraina dan menjadikan Ukraina sebagai negara sekutu Rusia.

Untuk menghindari konflik lebih lanjut dengan Rusia, Ukraina memutuskan untuk menandatangani kedudukan sebagai negara netral pada tahun 2014. Dengan status netral, Ukraina berharap dapat menjaga keseimbangan dalam hubungan dengan negara-negara Barat dan Rusia serta meminimalkan kemungkinan konflik yang lebih besar. Dalam konteks hubungan politik dan militer antara Ukraina, Rusia, Uni Soviet, dan NATO, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Ukraina tidak menjadi anggota NATO, tetapi memiliki hubungan dekat dengan negara-negara anggota NATO dan berusaha untuk meningkatkan hubungan dengan NATO. Di sisi lain, Rusia menentang kehadiran NATO di dekat perbatasannya dan melihat NATO sebagai ancaman bagi keamanan nasionalnya.

Oleh sebab itu, konflik Rusia-Ukraina juga memiliki implikasi yang lebih luas bagi hubungan antara Rusia dan NATO. Seiring dengan meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Barat, terutama sejak aneksasi Crimea oleh Rusia pada tahun 2014, hubungan antara Rusia dan NATO semakin memburuk. Secara umum, perang Rusia-Ukraina dipengaruhi oleh sejarah dan hubungan politik yang kompleks antara Ukraina, Rusia, Uni Soviet, dan NATO. Namun, yang terpenting saat ini adalah upaya untuk mencapai perdamaian dan memastikan keamanan dan kesejahteraan warga Ukraina.

Dunia internasional telah merespon perang Rusia-Ukraina dengan berbagai cara. Sebagian besar negara dan organisasi internasional mengecam tindakan Rusia dan mendukung kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina. Beberapa tindakan yang dilakukan antara lain:

1. Sanksi ekonomi: Banyak negara Barat memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Rusia, termasuk Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada. Sanksi ini bertujuan untuk memaksa Rusia menghentikan agresinya dan menarik pasukannya dari Ukraina.

2. Dukungan militer: Beberapa negara Barat, seperti Amerika Serikat dan beberapa negara NATO, telah memberikan dukungan militer kepada Ukraina, baik dalam bentuk bantuan senjata maupun pelatihan.

3. Diplomasi: Beberapa negara dan organisasi internasional telah melakukan upaya diplomasi untuk menyelesaikan konflik secara damai. Contohnya, OSCE (Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa) telah mengirimkan pengamat ke Ukraina untuk memantau situasi di wilayah konflik.

4. Isolasi politik: Beberapa negara dan organisasi internasional telah memutuskan hubungan politik dengan Rusia, termasuk mengeluarkan Rusia dari G8 (kelompok delapan negara terbesar di dunia) dan menghentikan kerja sama dengan Rusia dalam berbagai bidang.

Meskipun banyak negara dan organisasi internasional telah melakukan upaya untuk menghentikan konflik ini, situasi di Ukraina tetap tegang dan perang masih berlanjut. Ketegangan ini mungkin dapat dihentikan jika Ukraina dapat memahami posisinya sebagai negara netral dan tidak berpihak kepada barat dan negara NATO dengan melihat sejarah kedaulatan negara Ukraina dan kedudukannya sebagai negara netral yang telah disetujui dan ditandatangani.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun