Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Aku, SNMPTN dan UKT

21 Desember 2013   10:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:40 79 1
Pendaftaran SNMPTN 2014 sebentar lagi. Siswa kelas 12 akan menjadi semakin sibuk, selain mengejar materi UAN di sekolah atau bimbingan belajar, mengikuti try out UAN maupun tes masuk perguruan tinggi , kesibukan mereka akan semakin bertambah yaitu mengurus pendaftaran SNMPTN. Beruntung bila ada guru yang bersedia mengkoordinir pendaftaran, kalau tidak? Ya berarti mereka harus mengurus pendaftaran sendiri. Bagi mereka yang mengajukan bidikmisi tentu kesibukan bertambah lagi untuk mengurus persyaratan. Dari apa yang saya baca di laman resmi nya, tata cara SNMPTN 2014 masih sama dengan tahun sebelumnya.

Nah, untuk adik-adik yang akan mengikuti SNMPTN saya sarankan untuk tidak terlalu berharap dengan jalur pendaftaran ini. Bersikaplah biasa saja. Dari apa yang saya alami di tahun kemarin, mereka yang lolos lewat jalur ini adalah orang-orang tak terduga, bukan mereka yang meraih sederet piagam dan penghargaan akademik dan non akademik, bukan pula mereka yang di rapornya berderet angka-angka besar. Mereka adalah orang-orang yang "biasa" saja. Tidak terlalu berharap bukan berarti tidak optimis, ini adalah cara supaya ketika kamu "jatuh" rasa sakit tidak berlebihan dan dapat segera "bangkit"

Memilih jurusan menjadi hal yang merepotkan bagi sebagian siswa, terutama bagi mereka yang belum menentukan pilihan sejak awal masuk SMA. Kebanyakan setelah mendapat tentang sebuah jurusan mereka akan menanyakan, "Nanti kalau sudah lulus jadi apa?" . Saya tak pernah mempertanyakan hal semacam itu. Bagi saya menjadi apa kelak adalah usaha dan pilihan masing-masing orang. Jika dulu saya dengan kemapuan akademik yang pas-pasan memilih jurusan berdasarkan entah idealisme atau kenaifan, kini saya sarankan kepada adik-adik untuk mempertimbangkan  memilih jurusan berdasarkan kemampuan akademik dan ekonomi.

Di tahun 2013 diluncurkan program Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang katanya mampu memberikan keadilan dalam pembayaran biaya kuliah. Faktanya UKT menimbulkan penolakan dimana-mana meskipun kini isu tersebut sedang meredup. Kaget adalah kata yang mampu menggambarkan perasaan saya ketika mengetahui saya mendapatkan UKT dengan nominal Rp 5.500.000 setelah mengajukan banding beserta syarat-syaratnya. Nilai Rp 44.000.000 yang harus saya bayarkan selama menjadi mahasiswa jurusan Sastra Indonesia jika bisa lulus tepat waktu, sangat mengiris hati! Membayangkan Ayah yang beberapa bulan lagi memasuki masa pensiun dan Ibu yang hanya seorang bidan praktik swasta mencari biaya menjadi beban batin dalam mengikuti perkuliahan. Jangan bayangkan Ayah saya seorang PNS bergelimang uang, beliau masih harus mencari uang tambahan setelah jam kerjanya berakhir. Dan jangan bayangkan Ibu saya Bidan dengan pundi-pundi yang banyak.Semenjak program Jampersal diluncurkan, tidak ada lagi persalinan yang Ibu tangani, hanya periksa hamil dan rawat jalan yang menopang penghasilan Ibu.

Ketika beberapa teman kuliah saya yang pindah kampus dan pindah jurusan, saya masih bimbang. Saya tidak merasa salah jurusan  dan sudah merasa cocok dengan kota yang tinggali sekarang. Satu-satunya ketidakcocokan itu bernama UKT.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun