Komunikasi yang baik dan bijak, tentu akan melahirkan sesuatu yang dinginkan berdasarkan kesepakatan. Apalagi kedua belah pihak memiiki kepentingan masing-masing..
Contoh seperti kejadian di Mesjid, Al-Munawaroh Pasar Induk Kramat Jati Jakarta akibat dari dikuncinya salah satu pintu Mesjid sehingga jamahnya membludak harus antri keluar hingga menyita waktu untuk berdagang.
"Inilah klimaks dari persoalan terkait kebijakan Manager UPB Pasar Induk  atau kepala pasar yang baru, "kata Margono, pedagang buah pada Kompasianer Rabu (10/9) di Ciracas, Jakarta.
Persoalan itu yakni akses keluar masuk Mesjid itu terhalang akibat terkuncinya salah satu pintu Mesjid, sehingga terkesan, pihak pasar menghalang-halangi orang beribadah.
"Itu saja yang kami nilai karena sebelumnya tidak ada pemberitahuan, intinya kan begitu, "tambah Margono.
Margono juga mengaku tidak mengetahui siapa dan alasaanya apa pintu itu dikunci.
Sebenarnya, hal-hal kecil itu harus dikomunikasikan, duduk bersama apabila pimpinan itu akan mengambil kebijakan, kalau tidak, maka yang terjadi saling curiga.
Sementara dilokasi yang sama salah seorang yang disegani yang merangkap pedagang dan ketua Mesjid H.M. Cholil, menyangkan ada kejadian seperti itu. Padahal sarana ibadah itu harus ramai.
"Sejelek jeleknya tempat adalah pasar dan ketika dipasar itu banyak orang beribadah berarti pasar itu nyaman dan aman, itulah dasar hidup, dasar manusia hidup, "katanya.
Sebagai ketua Mesjid kalau tidak cepat ia antisipasi entah apa yang terjadi. Baginya, tidak ada pikiran lain selain menenangkan jamaah. Mengadu ke pihak keamanan pun urusannya menjadi lain.
"Mengadu pada kepala  pasar, orangnya tidak berada ditempat. Tapi Alhamdulillah, saat itu juga cepat diatasi, kalau tidak saya yang disalahkan dan harus bertanggung jawab, "katanya.
Lelaki yang mengaku diibaratkan batu sudah lumutan dipasar itu berharap, persoalan ini segera selesai. Sehingga pasar ini nyaman untuk mencari nafkah. Karena pedagang ini terdiri dari berbagai suku dan ras yang siap menjadi pelayan yang baik.
"Saya harap, para pedagang ini tambah maju, aman dan itu juga  kita tidak terlepas dengan pengelola yang intinya bisa ada kerja sama, seperti melakukan tindakan itu harus melalui musawarah dan mufakat jangan ada pemisah ibaratnya seperti minyak dan air, "tandasnya.
Arif  Purwadi, Pedagang
Tindakan kepala pasar ini semena-mena, maka dari itu saya mewakili pedagang lainnya tidak terima. Apalagi sampai ada pungutan-pungutan biaya termasuk pedagang asongan. Maka dari itu menurut saya bahwa pungutan itu tidak wajar. Kami sebagai pedagang merasa gerah.
Bayu Gunarso, petugas keamanan
Pihak manejer pasar itu mengandalkan kepolisiann, ini kan intern. Saya sebagai petugas keamanan pasar merasa tidak cocok dengan kebijakan, Kalau dia marah langsung pecat, lalu diganti dengan keluarganya. Terus kerja satpam dari 12 jam dirubah menjadi 24 jam. Ini kan tenaga. sudah di porsir dong.
MCK, ada ditaman penghijauan, ini kalau dlihat, kan tidak elok dipandang atau ngga cocok. Kalau bangunnya ditempat lain nggak apa-apa, ini kok ditaman. Pihak Depolover itu sudah saya tanyain dan mengatakan tidak tahu-menahu soal pembangunan MCK itu.
Harapan saya kepala pasar diganti, dia menganggap pasar ini seolah-olah angker. Kan bisa dilihat kondisinya seperti apa sekarang, aman kan?.
Surip Suprianto, mewakili pedagang buah,