setiap bulan Ramadhan. Istilah pesantrennya, Ngaji Pasaran.
"Kang, bangun Kang, ngaji" begitu kata seorang temannya membangunkan. "Biarkan saja, tidurnya orang yang berpuasa itu kan ibadah", begitu kata kawan santri yang lain seolah membela santri yang sedang tidur itu. Dan tampaknya, ungkapan kawan yang membela itu bukan sekadar ungkapan biasa, karena di kalangan para santri, itu populer dikenal sebagai sebuah Hadis yang menyebutkan begitu
a. Diskusi di London
Lain lagi dengan kejadian yang kedua ini, yaitu yang terjadi pada musim panas tahun 1978 di London, Inggis. Seorang mahasiswa
Indonesia yang belajar di salah satu negara di Timur Tengah berlibur musim panas di kota super modern yang penuh dengan kebun-kebun raya itu. Ia menjadi tamu seorang Home staff KBRI (Kedutaan Besar
Republik Indonesia) di London.
Karena waktu itu bulan Ramadhan, maka pada pagi hari mahasiswa tadi tidur di rumah. Sedangkan tuan rumah pergi ke KBRI. Agak siang, mahasiswa tadi bangun dan selanjutnya bersama kawannya yang juga mahasiswa di Timur Tengah keluar, berjalan-jalan melihat kota London. Menjelang sore, ketika tuan rumah belum pulang dari KBRI, mahasiswa tadi pulang Ke rumah, kemudian sambil menunggu
sore ia tidur lagi.
Ketika tuan rumah pulang petang har, dan dilihatnya mahasiswa tadi tidur seharian, Ia berkata, "Kalau puasa hanya tidur saja, anak kecil juga bisa." Mendengar sindiran itu mahasiswa tadi berkomentar, "Orang berpuasa itu tidurnya saja dinilai ibadah. Begitu kata sebuah Hadis."
"Ah, mana mungkin begitu," kata tuan rumah, "Orang tidur kok beribadah. Ini berarti tidurnya saja sudah mendapatkan pahala, padahal orang beribadah itu mendapat pahala karena Ia menghadapi tantangan dan godaan. Lantas, orang yang tidur itu apa tantangan dan godaannya," katanya memberikan alasan.
"Tetapi banyak yang mengatakan ungkapan itu sebuah Hadis," jawab mahasiswa tadi. "Lha ini, Sampeyan ini kan mahasiswa dan
belajar agama lslam di Timur Tengah. Seharusnya Sampeyan meneliti Hadis itu. Apa benar itu sebuah Hadis?" kata tuan rumah tadi mengharapkan kepada tamunya.
Itulah dua kejadian yang sangat berjauhan baik dari segi waktu maupun tempat. Namun demikian, kedua kejadian itu mempunyai
topik yang sama, yaitu Hadis tidurnya orang berpuasa itu merupakan ibadah.
b. Narasumber di Televisi
Kejadian ketiga baru saja pada bulan Ramadhan 1423 H yang lalu. Disebuah stasiun televisi, seorang yang berpangkat Kiai Haji dan namanya tidak dikenal di kalangan masyarakat umum, menjadi narasumber untuk acara yang disiarkan pada siang hari. Sementara sebagai pembawa acara, ditampilkan seorang artis sinetron yang namanya juga tidak begitu kondang.
Kata pembawa acara, "Pak Kiai," begitu ia menyapa narasumber. "Sebenarnya apa keutamaan bulan Ramadhan itu?". Pak Kiai yang saat itu mengenakan peci putih dan lehernya dililit surban menjawab dengan penuh percaya diri bahwa keutamaan bulan Ramadhan itu ada lima macam. Kemudian Ia mengatakan, "Dalam sebuah Hadis,
Nabi Muhammad Saw mengatakan bahwa tidurnya Orang yang berpuasa itu merupakan ibadah, diamnya saja sama dengan membaca tasbih. Pahala amalnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni."
"Itulah keutamaan bulan Ramadhan," kata narasumber tadi tanpa sedikit pun ragu-ragu bahwa Hadis yang dia sampaikan itu adalah
Hadis yang bermasalah. Sementara sang artis yang menjadi pembawa acara sekaligus pewawancara tadi manggut-manggut saja.
C. Tidak Populer
Hadis yang disebut-sebut di tiga tempat di atas itu layaknya merupakan Hadis populer karena banyak orang mengetahuinya. Namun ternyata Hadis tersebut tidak tercantum dalam kitab-kitab Hadis
populer. Hadis itu diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitabnya Syu'abul Iman, kemudian dinukil juga oleh Imam as-Suyuti dalam kitabnya al-Jami' ash-Shagir.
Teks lengkap Hadis tersebut adalah sebagai berikut:
d. Hadis Palsu
Menurut Imam as-Suyuthi, kualitas Hadis ini adalah dha'if (lemah). Bagi orang yang kurang mengetahui ilmu Hadis, pernyataan Imam as-Suyuti ini dapat menimbulkan salah paham, sebab Hadis dha'if itu secara umum masih dapat dipertimbangkan untuk diamalkan. Sedangkan Hadis palsu (maudhu'), semi palsu (matruk), dan munkar, tidak dapat dijadikan dalil untuk beramal sama sekali, hatta sekadar untuk mendorong amal-amal kebajikan (fadhail al-a'mal).
Kesalahpahaman itu akan segera hilang manakala diketahui bahwa Hadis palsu dan sejenisnya itu merupakan bagian dari Hadis dha'if. Karenanya, suatu saat, Hadis palsu juga dapat disebut Hadis dha'if. Walau bagaimanapun, Imam as-Suyuthi akhirnya menuai kritik juga dari para ulama lain atas pernyataannya itu, karena beliau dianggap tasahul (menggampangkan) dalam menetapkan kualitas Hadis. Salah satunya
adalah dari Imam Muhammad Abd al-Ra'uf al-Minawi dalam kitabnya Faidh al-Qadir yang merupakan kitab syarah (penjelasan) atas kitab al-Jami' ash-Shagir.
Al-Minawi menyatakan, bahwa pernyataan as-Suyuthi itu memberikan kesan bahwa Imam al-Baihaqi menilai Hadis tersebut dha'if, padahal masalahnya tidak demikian. Imam al-Baihaqi telah memberikan komentar atas Hadis di atas, tetapi komentar Imam al-Baihaqi itu tidak dinukil oleh Imam al-Suyuti. Imam al-Baihaqi ketika menyebutkan Hadis tersebut, beliau memberikan komentar atas beberapa rawi yang terdapat dalam sanadnya.
Menurut Imam al-Baihaqi, di dalam sanad Hadis itu terdapat nama-nama seperti Ma'ruf bin Hisan, seorang rawi yang dha'if, dan Sulaiman bin Amr an-Nakha'i, seorang rawi yang lebih dha'if daripada Ma'ruf. Bahkan menurut kritikus Hadis, Imam al-Iraqi, Sulaiman adalah seorang pendusta. Demikian komentar Imam al-Baihaqi seperti dinukil oleh al-Minawi.
Al-Minawi sendiri kemudian menyebutkan beberapa nama rawi yang terdapat dalam sanad Hadis di atas, yaitu Abd al-Malik bin Umair, seorang yang dinilai sangat dha'if. Namun, rawi yang paling parah ke-dha'if-annya adalah Sulaiman bin Amr al-Nakha'i tadi, yang oleh para ulama kritikus Hadis dinilai sebagai seorang pendusta dan pemalsu Hadis.
Perhatikan penuturan para ulama berikut ini. Menurut Imam Ahmad bin Hanbal, Sulaiman bin Amr al-Nakha'i adalah pemalsu Hadis. Yahya bin Ma'in menyatakan, "Sulaiman bin Amr dikenal sebagai pemalsu Hadis." Bahkan dalam kesempatan lain, Yahya bin
Ma'in mengatakan, "Sulaiman bin Amr adalah manusia paling dusta di dunia ini." Imam al-Bukhari mengatakan, "Sulaiman bin Amr adalah matruk (Hadisnya semi palsu lantaran ia pendusta)." Sementara Yazid
bin Harun mengatakan, "Siapapun tidak halal meriwayatkan Hadis dari Sulaiman bin Amr."
Imam lbnu Adiy menuturkan, "Para ulama sepakat bahwa Sulaiman bin Amr adalah seorang pemalsu Hadis." Ibnu Hibban mengatakan, "Sulaiman bin Amr al-Nakha'i adalah orang Baghdad, yang secara lahiriyah, dia adalah orang yang shalih, tetapi ia memalsu Hadis." Sementara lmam al-Hakim tidak meragukan lagi bahwa Sulaiman bin Amr adalah pemalsu Hadis.
Keterangan-keterangan ulama ini cukuplah sudah untuk menetapkan bahwa Hadis di atas itu palsu.
e. Beraktifitas Malam Hari
Tampaknya Hadis di atas itu telah berdampak buruk bagi perilaku sebagian masyarakat Islam, khususnya di Indonesia.
Banyak orang berpuasa tetapi tidak mau bekerja pada siang hari. Mereka banyak
tidur-tidur saja. Alasannya, itu tadi, mereka menyebut-nyebut Hadis bahwa tidurnya orang yang berpuasa itu adalah ibadah.
Memang benar, orang yang berpuasa itu meskipun tidur, ia tetap akan mendapatkan pahala. Tetapi pahala itu diperolehnya lantaran puasanya itu, bukan lantaran tidurnya. Memang tidur pada siang hari
itu akan mendapatkan pahala, dan tentunya apabila hal itu diniatkan agar yang bersangkutan dapat melakukan ibadah dan aktifitas pada sore dan malam harinya. Tetapi hal ini tidak ada kaitannya dengan ibadah puasa.
Dan setelah diketahui bahwa Hadis itu palsu, maka mudah-mudahan ia tidak akan beredar dan disebut-sebut lagi di masyarakat,
khususnya oleh para da'i dan muballigh. Dan ini pada gilirannya mereka yang berpuasa tetap beraktivitas seperti biasa, tidak berlomba-lomba tidur pada siang hari lagi.
Karena seharusnya bulan Ramadhan itu jadi bulan jihad, bulan perjuangan di segala bidang kehidupan.
=====
Sumber:
Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Hadis-hadis Palsu Seputar Ramadhan. Pustaka Firdaus
Di buku sumbernya, masih banyak bahasan setema yang sangat menarik dan penting untuk semua umat Islam.
Bagi yang mau beli atau jual kembali bukunya, kontak admin ya. Kami distributor buku tersebut, jelas harganya jauh di bawah harga pasar. Stoknya juga banyak.