Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Kisah Umm Hisyam dan Cara Al Zaytun Memuliakan Perempuan

28 April 2023   07:25 Diperbarui: 28 April 2023   07:40 2599 2
Hubungan antara perempuan dan Islam seringkali disalahartikan dan menjadi bahan gunjingan di negara-negara barat.

Pasalnya, mereka menilai Islam telah mengekang atau membelenggu kehidupan perempuan dengan aturan-aturan agama yang cendrung diskriminatif.

Kesalahfahaman itu tak lepas dari apa yang mereka saksikan di selama ini di negara-negara timur tengah yang dianggapnya terlalu ekstrim.

Contohnya di Afghanistan di bawah kendali pemerintahan Taliban, gerak dan peran perempuan sangat dibatasi tidak hanya di domestik tetapi juga di non domestik.

Perempuan dari usia anak-anak hingga dewasa dilarang bersekolah, mereka juga dilarang keluar rumah tanpa laki-laki sebagai pendamping, dan hak reproduksi dirampas.

Perempuan Afghanistan hanya diperbolehkan mengunjungi taman pada Minggu, Senin, dan Selasa. Sedangkan laki-laki hanya diperkenankan berkunjung di empat hari lainnya.

"Ini bukan perintah Imarah Islam Afghanistan, tetapi perintah Tuhan kita bahwa pria dan wanita yang tidak saling kenal tidak boleh berkumpul di satu tempat," jelas seorang pejabat, Mohammad Yahya Aref, seperti dikutip dari AFP.

Sama halnya di Arab Saudi. Pakar emansipasi Arab Saudi, Maha Akeel menyebutkan, pembatasan peran perempuan Arab Saudi di ranah domestik dan publik selama ini terjadi akibat tafsir terhadap perintah agama sehingga menghasilkan citra Islam adalah agama yang mengekang perempuan (Kompas, 14/2/2023).

Lantas bagaimana Ponpes Al Zaytun memandang dan mendudukkan perempuan di dalam masalah ibadah dan non ibadah?

Saat masih menjadi perdebatan, boleh atau tidaknya wanita berada di Satu depan saat Salat, di Ponpes Al Zaytun justru sebaliknya.

Ini merupakan bentuk memuliakan perempuan yang bukan sekadar pengisi sudut atau pojok-pojok belakang masjid namun bisa setara dengan pria

Bahkan di Al Zaytun boleh kaum perempuan mengikuti salat Jumat dan salat-salat lainnya.

Memuliakan perempuan dalam ibadah mungkin terinspirasi oleh kisah Ummu Hisyam di masa Nabi Muhammad SAW.

Dikisahkan, Ummu Hisyam bint Haritsah radhiallah 'anha, beliau merupakan salah satu sahabat perempuan Nabi Muhammad Saw yang sangat cerdas.

Ketika mendengar perintah untuk membaca, Umm Hisyam begitu antusias, beliau selalu mengikuti setiap kegiatan dakwah Nabi Saw.

Pada Masa Nabi Saw, Perempuan Terlibat Aktif Dalam Pengajaran dan Meriwayatkan Hadis.

Tercatat, Umm Hisyam menjadi salah satu sahabat perempuan yang menghafal al-Qur'an, langsung dari lisan Rasulullah Saw.

Sebagaimana diriwayatkan Amrah bint Abdurrahman yang mendengar Umm Hisyam ra, bahwa dia berkata:

( : 2049).

"Aku menghafal surat al-Qaf (langsung) dari lisan Rasulullah Saw pada setiap Jum'at, dimana baginda membacakanya di atas Mimbar setiap (khutbah) Jum'at". (Sahih Muslim, no. 2049).

Ini mengungkapkan fakta bahwa pada masa Nabi Saw, para perempuan datang hadir pada salat Jum'at di masjid.

Mereka juga hadir mendengarkan dengan seksama khutbah Jum'at Nabi sehingga Ummu Hisyam mampu menghafalkan 45 ayat dalam surat al-Qaf.

Dikutip dari laman mubadalah.id, disebutkan di dalam catatan buku Qiraah Mubadalah karya Faqihuddin Abdul Kodir,  bahwa Umm Hisyam juga kerap mendengarkan khutbah-khutbah Nabi Saw bersama perempuan lain, di antaranya Hindun bint Usaid al-Anshariyah ra.

Namun berbeda dengan sekarang, banyak ustaz yang justru melarang para perempuan datang ke masjid. Melarang mereka ikut jema'ah salat tarawih. Melarang ikut pengajian dan dakwah.

Mereka memandang tempat terbaik para perempuan adalah di dalam rumah saja. Tidak boleh keluar, kecuali benar-benar darurat.

Bahkan, ada yang bilang: hanya boleh keluar ketika sudah wafat untuk dikuburkan ke liang lahat.

Larangan ini, dengan alasan apapun, melanggar teladan Umm Hisyam di atas dan bertentangan dengan hadits shahih yang menyatakan: "Janganlah kalian melarang perempuan yang mau hadir ke masjid-masjid Allah Swt" (Sahih Bukhari, no. 908 dan Sahih Muslim, no. 1018).

Mari kita ciptakan masjid yang tidak hanya ramah bagi laki-laki, tetapi juga bagi perempuan, sehingga mereka bisa beribadah dan menimba ilmu, termasuk menghafal al-Qur'an sebagaimana Umm Hisyam ra. Wallahu a'lam.

Pondok Pesantren Al Zaytun telah mengamalkan apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk memuliakan perempuan baik dalam ibadah ritual maupun sosial.
***









KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun