Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Artikel Utama

Pers dan Pengalihan Isu

27 Maret 2010   23:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:09 245 0
[caption id="attachment_104125" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] detik berlalu bersama serpihan angin zaman. mengantarkan peradaban indonesia pada paradoks dimensional antara cita-cita luhur tentang indonesia yang adil dan makmur dengan kondisi hari ini yang kian jauh dari semua itu.kekayaan mineral sampai maritim negara ini blum mampu memberi kesejahteraan yang diharapkan.pedesaan menjadi tepi marjinalitas yang terlupakan terbungkus mimpi anak desa yang kian suram tertinggal zaman.kemelaratan sudah menjadi baju bangsa ini.sejauh apapun hal ini ditolak presiden tapi inilah nyata kulit kita.semakin melekat baju itu hingga tak urung disebut kulit bangsa kita sendiri. dera kesusahan disela semangat ke-bisa-an menjadi pelipur dan harapan yang coba di cercahkan dilangit indonesia agar tak mati api yang kian basah. permasalahan bangsa ini sangat berkaitan dengan mentalitas. sedang mentalitas muncul selain karena perilaku bangsa itu secara umum juga besar dipengaruhi media dalam membentuk opini publik tentang diri mereka. pers memiliki sejarahnya sendiri yang panjang dan mengesankan.mulai dari corong informasi dan penyebar wabah berita pemberontakan massal bangsa ini atas nama indonesia merdeka semasa kolonial dulu. saat itu pers yang diwakili surat kabar dan radio menjadi basis komunikasi dan informasi antara para pejuang dengan rakyat begitupun sesama pejuang. gerbong kereta menjadi candi berjalan yang kaya makna sejarah perjuangan panjang pers meniadakan keterputusan informasi. namun kini paradoks terjadi pasca alam reformasi telah tersuguh.pemilik modal setidaknya telah menjadikan pers sebagai alat kekuasaan.demikian mampu kapital membuat informasi menjadi teror logika masyarakat yang membidik informasi yang di inginkan menjadi paradigma publik.lihat saja peran pers memutar balikkan perhatian masyarakat hanya dalam sehari bahkan kurang. kasus pembalikan wacana publik ini ditengarai dilakukan pemimpin negara ini sebagai bagian dari operasi intelijen, kadang sebuah kasus sengaja dimunculkan untuk membungkam pemberitaan tentang kasus lain yang lebih “membahayakan negara”. disatu sisi dibenarkan di sisi lain membodohi. Israel dalam gerakan zionisme internasionalnya menganggarkan target menguasai cengkraman dunia baru melalui pers.kasus holocaust yang belum pasti benarnya dijadikan pemutar balik fakta dan wacana tentang israel yang dulu bangsa eropa mengenal israel sebagai kaum licik, pengkhianat dan dibenci, semerbak pasca pemberitaan holocaust membuat propaganda israel menjadi sebuah bangsa yang ditempatkan sebagai orangorang yang patut dikasihani, sebagai kaum cerdas, kaum intelek bahkan atas pembantaiannya terhadap negara palestina. pemberitaan pembantaian di hebron palestina, pembunuhan bayi-bayi, pengeboman rumah sakit dan ambulance menjadi pemberitaan bisu. beda halnya dengan pembunuhan ratusan warga palestina yang tengah sholat oleh seorang yahudi bersenjata otomatis yang menembak membabi buta, akhir kasus ini Goldstein sang pembunuh massal dianggap gila, closed chase. gila bukan? ya,sinting bahkan. sangat penting peran pers bahkan dalam revolusi venezuela presiden hugo chavez yang dicintai rakyatnya yang dibenci amerika karena membagikan 80% hasil minyaknya pada rakyat miskin, mengusir pemilik modal agar angkat kaki dari negara kaya minyak itu termasuk investor besar amerika yang tidak lagi bisa membeli minyak dengan harga Rp. 500 perliter untuk jenis yang setara pertamax.apa yang dilakuakan amerika adalah menjalankan operasi intelijen dengan membeli hak siar channel TV swasta yang semua dikondisikan menggambarkan kondisi yang tidak seimbang bahwa rakyat membenci chavez. sampai chavez berhasil dijatuhkan secara inkonstitusional.dan tahukah, akhirnya dengan channel 8 yang setara dengn TVRI di venezuela pendukung chavez mampu membalikkan keadaan. kawan informasi dan pers adalah tulang punggung bangsa ini untuk menjaga kestabilan negara.akan tetapi jika persepsi tentang membahayakan negara hak miliknya menjadi hak milik penguasa maka akan menjadi one dimentional condition.dalam perspektif manapun negara adalah alat kesejahteraan bukan tujuan kekuasaan.gerakan hari ini yang menginginkan menjadi second opinion harus mampu mengalahkan determinasi ini, atau setidaknya mampu mengimbangi kalaupun tak bisa minimal mampu mencari celah yurisdiksi pers agar tetap berjalan pada kaidah pers. dan pada akhirnya semua kembali kepada kecerdasan masyarakat indonesia menilai kondisi hari ini, contoh sederhana saat ini masyarakat sudah cukup cerdas membaca pengalihan isu dari kasus century menjadi kasus terorisme.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun