suara merdu di balik mikrofon menyapa ramah
menyeru untuk tetap tenang sampai lampu aba-aba menyala
dan...lelah yang sedari tadi sontak berubah cerah
oleh panorama gamalama bersama awan dia bercengkrama
saya tak sendiri
kali ini bersama sang guru researchku merangkap guide resmi
serta seperangkat alat2 yg sedikit berat dan mencolok
kusebut mereka "tidore san"
(batinpun membisiki optimis: mari bertualang!)
senandung seribu pulau kini merekah sudah
teringat kembali masa sekolah
tentang panorama ternate-tidore ditelan sejarah
saat portugis menjajah nusantara
kini kujejak sempurna
atas nama jejak naskah yg menuju punah
berjalan kami dengan terengah
tak perlu keluh karena lelah
menyusur remah roti Islam nusantara yang penuh kisah
demi memoar eksotika bukti sejarah
di bumi moloku kie raha
indah nian para penganjur risalah menyalin noktah asa
di tumpukan kertas yang termakan abad
di suasana yang memaksa khidmat ketika naskah telah dibuka
jejak rayap tak lupa hadir menjadi saksi tradisi
meski tetap harus waspada...
sebab mistik, tarikat, azimat dll dibincang beralas syariat
lebih baik diam saja untuk ikhlas para leluhur naskah katanya
rica bolo gura masahu dedo-dedo
lamasahu dedo-dedo
(jika hanya pedih bisa langsung hilang
jika sakit, lama baru bisa hilang)
begitu kita dikisah bagi mereka yang hiraukan petuah
padamu bumi risalah...
bagimu bumi kahrisma...
darimu bumi sejarah...
ada kutemu konstalasi toleransi...
pada falsafah yang tertaut di simbol deret pulaumu
torang samua basodara
mari selalu berkisah kasih bersama
seiring seirama....
moi uwa ngone bato fomaku gosa laha-laha
rubu-rubu rame-rame yo haso dadikuae
(kita ini satu baku bawa baik-baik
mari kita berkumpul mengikat makna bersama-sama)
di sini di bumi anging mammiri
selalu merindu menjejak lagi bumi rempah moluko kie raha
pada sempat yang selalu dinanti...
semoga masih dengan ramah yg sama tentu saja!
Tidore-Makassar, May 15, 2010