Abah Nata kalau kesabaran itu ada batasnya ngak sih ? Atau dengan kesabaran itu kita akan mencapai apa ?
Abah Nata :
Suksesnya sebuah kesabaran adalah kegembiraan Anah.
Anah Lajnah :
Kedengarannya enak sekali, dengan sabar bisa gembira. Bagaimana caranya Abah ?
Abah Nata :
Iya Anah, kita harus menyiasati bagaimana kesabaran itu hasilnya menjadi kegembiraan.
Anah Lajnah :
Kalau misalnya dalam kesabaran itu, ada perjuangan dan pengorbanan. Apakah itu cikal bakal sebuah kegembiraan Abah ?
Abah Nata :
Kesabaran yang akan menuju kegembiraan itu sudah otomatis adanya perjuangan dan pengorbanan, yang semangatnya adalah keikhlasan.
Anah Lajnah :
Apakah dalam kesabaran itu, ada semacam penderitaan ngak Abah ?
Abah Nata :
Kesabaran yang benar itu ada sebuah tanda bahwa Allah Ta'ala ada bersamanya. Kesabaran yang benar itu jika ia menampilkan adanya kedekatan dengan Allah Ta'ala.
Anah Lajnah :
Apakah penderitaan itu sebuah proses kesabaran menuju kegembiraan ?
Abah Nata :
Kesabaran yang benar itu dengan sendirinya menjadi contoh keteladanan. Kesabaran yang benar itu, menjadi pencerah banyak orang Anah.
Anah Lajnah :
Kalau misalnya dengan kesabaran itu terlihat ada penderitaan, bagaimana Abah ?
Abah Nata :
Keridhoan Allah Ta'ala adakalanya bukan hal yang kita inginkan. Tetapi berupa ujian adanya penderitaan. Dengan tujuan kwalitas keikhlasannya supaya semakin maju. Sehingga kesabaran itu sepertinya penderitaan.Tetapi disikapi dengan keikhlasan tanpa keluhan sedikit pun.
Anah lajnah :
Siap Abah !!!
Abah Nata :
Susah dan senang adalah sebuah keadaan bahwa semua orang harus mengalaminya. Jadi kita harus bisa menyiasati bagaimana dengan susah dan senang itu, menjadi sumber keridhoan Allah Ta'ala. Atau bahkan kita tempuh semua keadaan baik senang atau pun susah itu dengan kesabaran yang benar. Yaitu sebuah kesabaran dengan adanya kedekatan kepada Allah Ta'ala. Sebagaimana janji-Nya...... :"Allah Ta'ala itu bersama orang yang sabar......." Sehingga jika Allah Ta'ala bersama orang yang sabar. Ini adalah sebuah kegembiraan Anah, insya Allah Ta'ala.*
(Cerita Mang Nata, Karya Buku untuk Indonesia)