Pada akhirnya banyangan nafsu sesaat itulah yang menyadarkan diri sendiri. Ketika belanja jajanan makan dan juga waktu buka puasa, disiasati untuk lebih nyaman dengan apa yang ada. Namun demikian, bukan berarti tidak menyiapkan untuk bukaan puasa. Tetapi lebih memilih nasehat kesehatan dan berkah puasa yang diutamakan.
Ketika dulu karena letak rumah dekat dengan masjid, sangat suka menjelang bukaan puasa itu bawa air putih, kemudian pergi ke masjid.
Ada semacam keuntungan dari hal ini, dan benar-benar sebuah nikmat. Ketika teng detik detik bukaan, kemudian minum hanya untuk memenuhi hak membatalkan puasa, lalu ambil mix speaker, lantas melantukan sya'ir azdan magrib. Sesaat berikutnya melaksanakan shalat magrib berjamaah. Sangat nyaman lalu pulang ke rumah untuk berbuka dengan tenang. Kenapa demikian nikmat ?, salah satunya karena memiliki waktu lebih lama untuk duduk di meja makan tanpa harus terganggu oleh sholat magrib yang sudah dilaksanakan.
Benar-benar sebuah nikmat yang tak akan pernah terlupakan yang bisa jadi perjalanan ritual ibadah ramadhan yang bisa dikenang untuk selamanya.
Jadi dalam hal ini, fenomena kalap belanja makanan itu wajar dialami oleh semua orang. Bahkan bisa menjadi sebab seseorang belajar untuk lebih dewasa dengan mengelola pola makan yang lebih baik saat puasa.
Terimakasih, saya Hanif Ahmad, kompasianer dari Sukabumi saat ini.