Kisah yang saya tuliskan ini adalah dialog antara seorang TKI yang bernama Ade dengan Diplomat KBRI di Doha. Ade adalah TKI yang aktif di organisasi Permiqa (Persatuan Masyarakat Indonesia Qatar). Dialog ini terjadi sebelum pemilu 2004. Dialog ini belum pernah diekspos dan sanadnya (sumbernya) asli dari pelaku utama yang bersangkutan.
Setelah wafatnya Gus Dur baru dirilis ke milis. Saya meminta ijin untuk diposting di sini supaya menjangkau pembaca yang lebih banyak. Semoga bisa menjadi bahan perenungan, syukur-syukur bisa menghilangkan sak wasangka kepada sosok Gus Dur selama ini. Gus Dur, Semoga arwahmu damai di sana.
Diplomat: De, tau gak kamu tadi saya telepon ama siapa ?
Ade: Gak tau pak. Gak ngerti pake bahasa Jawa sich ... Diplomat: Ama Gusdur de. Ade: Wah hebat dong pak, kenal gusdur segala. Diplomat : Iya nanti tak ceritain ceritanya, sekarang aku bingung de. Kamu punya kawan yang bisa transfer uang saat ini juga? Ade: Ada pak.
Diplomat: Kirim Rp.10 juta ke rekening ini de. (Pak Diplomat memberikan nomor rekening kepada Ade). Ade: Iya pak. Aku telepon adik di Bandung untuk transfer kilat tanpa tanya-tanya. (Betul juga setelah telepon lagi beberapa saat ama Gus Dur, beliau tampak berseri kembali).
Diplomat: Terima kasih de. Nich uangnya kalau kurang bilang ya! (Pak Diplomat ngasihin riyals kepada Ade).
Ade: Lebih kayaknya nich pak.
Diplomat: Buat kamu de lebihnya. Ade: Pak, katanya mau cerita tentang Gus Dur. Diplomat: De tadi Gus Dur telepon. Beliau diundang ke Amerika untuk menerima gelar Doctor dan ceramah. Tiket, hotel dan segalanya sudah disediakan untuk Gus Dur dan ibu. Tapi Gus Dur bingung gak punya uang di tangan buat bekal, takut ada apa apa.
Ade: Masa pensiunan presiden gak punya duit pak ?
Diplomat: Kamu pernah ke ciganjur de ?
Ade: Belum pak saya gak tau tempatnya, saya kan bukan NU.