Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Belajar dari Seorang Anak Buta

19 Januari 2014   02:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:42 141 2
Seorang anak yang bernama Jihad Al Maliki, seorang anak tuna netra, sekarang berumur 11 tahun (pada tahun 1434H/2013M), di umurnya 7 tahun sudah hafal Al Quran 30 juz sempurna dan mampu menjawab pertanyaan tentang Al Quran, nama surat serta nomer ayat jika ditanyakan kepadanya, beliau sekarang (1434H/2013M) kelas 6 SD.

Saya terjemahkan beberapa perbincangan di dalam video ini (http://www.youtube.com/watch?v=Tn9OvXEVIlU), Antara Syaikh Nashir Al Quthami dengan Jihad Al Maliki hafizhohumallah, karena di dalam perbincangan tersebut terdapat manfaat dan hikmah yang sangat luar biasa. semoga bermanfaat

1. Menghormati pemimpin dengan memberikan kepada mereka kesempatan pertama
Syaikh Nashir Al Quthami: “Saya tidak akan lebih dahulu dibandingkan pangeran untuk bertanya kepada Jihad?”

2. Tetap Mengenali nikmat Allah dan bersyukur meskipun diberikan ujian dengan keadaan tuna netra
Jihad Al Maliki: “Saya kehilangan penglihatan tetapi tidak kehilangan mata dan pengetahuan”.

3. Jika ingin ada hasil harus usaha, Islam tidak mengajarkan untuk hanya berkhayal tanpa usaha.
Ketika ditanya oleh Syaikh Nashir Al Maliki: “Bagaimana kamu dapat menghafal Al Quran dengan nama surata dan nomer ayat.”

Jihad Al Maliki: “Kamu mendengar ayat, kemudian kamu membaca mengulang-ngulang ayat tersebut dengan menyebutkan nomer ayatnya.”

4. Diberi Kemudahan dan Keahlian harus tetap, tetap dan tetap bersyukur dan mengembalikan semuanya karena kemudahan dari Allah, sebesar apapun keahlian yang Anda dapatkan.

Jihad Al Maliki selalu berkata: “Walillahil hamd (segala puji hanya milik Allah)”.

Ketika ditanya oleh Syaikh Nashir: “Siapa yang memberitahumu tentang nomer ayat?”
Jihad Al Maliki menjawab: “Saya mengetahuinya”.

Syaikh Nashir berkata: “Berarti kamu membaca ayat pertama berarti itu nomer pertama dan selanjutnya, begitukah?”

Jihad Al Maliki berkata: “Iya, Walillahil hamd (Segala puji hanya milik Allah)”.

Dan juga ketika syaikh Nashir bertanya: “Wahai Jihad, kapan kamu telah hafal Al Quran?”

Jihad Al Maliki menjawab: “ Ketika umur saya tujuh tahun, walillahil hamd (segala puji milik Allah).

5. Menyembunyikan amalan meskipun dipaksa untuk memberitahukan agar menjaga keikhlasan
Ketika syaikh Nashir Al Qutahmi berkata: “Orangtua Jihad pernah bercerita kepada saya, bahwa beberapa waktu yang lalu kami dating dari safar/bepergian, ketika tengah malam tiba, maka Jihad membangunkan orangtuanya untuk sebuah perkara penting?, (Syaikh bertanya), wahai Jihad apa perkara penting yang menyebabkanmu membangunkan orangtuamu

Jihad menjawab: “(Sambil tersipu malu), Allahu a’lam (Allah lebih mengetahui).”

Syaikh memaksa: “ini perkara rahasia, tetapi agar orang-orang tahu tentang pengaruh Al Quran terhadap penghafal Al Quran (ayo ceritakan apa perkara penting tersebut)?”
Jihad menjawab: “Saya tidak mengetahui perkara tersebut (masih menyembunyikan amalnya).”
Akhirnya syaikh Nashir AL Quthami bercerita bahwa: “Orangtuanya bercerita: “Bahwa kami baru sampai dari bepergian, di tengah malam sekitar jam 3 Jihad membangunkan kami untuk menemani sholat malam, maka kami berkata “Wahai Jihad, kita baru datang dari safar, semua dari kita telah capai dan malam ini tidur saja dulu”, maka waktu itu Jihad menjawab: ”WAHAI BAPAKKU, APA YANG AKU TELAH HAFAL DARI AL QURAN HARUS SAYA PRAKTEKKAN DI DALAM KEHIDUPANKU, SEHINGGA ALLAH MEMBERIKAN MANFAATNYA KEPADAKU”,

SAUDARAKU SEIMAN…
Semoga tulisan tersebut memberikan manfaat dalam kehidupan kita

Sungguh seorang seperti JIHAD AL MALIKI… benar-benar dapat menjadi pemberat pertanyaan di hari hisab kelak.
Bagi siapa yang sehat wal ‘afiyat tetapi tidak menghafal Al Quran bahkan tidak bisa membaca Al Quran, maka bandingkan dengan Jihad Al Maliki!?!

Bagi siapa yang lebih banyak sarana tetapi prestasinya tidak sebagus Jihad Al Maliki atau orang yang semisalnya, maka bandingkan dengan seorang seperti Jihad Al Maliki?!?

Semoga kita kaum muslim dan Jihad Al Maliki ditetapkan dalam iman dan amal sholih.

Ditulis oleh Ahmad Zainuddin
Malam Ahad, 16 Rabi’ul Awwal 1435H
Masjid Imam Syafii, Banjarmasin

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun