Indonesia membutuhkan angin segar. Paling tidak, setelah sekian lama berada dalam kungkungan stagnasi entah itu politik, ekonomi, sosial, dan sejenisnya, masyarakat membutuhkan sebuah alternatif baru pelega sesak dada mereka. Fenomena Jokowi misalnya, merupakan sebuah terobosan jitu sebagai pelega sesak dada masyarakat setelah selama ini mereka ter-stigma-kan – bahwa pemimpin hanya duduk manis di kursinya. Jokowi menangkap atmosfer kebosanan masyarakat ini kemudian menciptakan sebuah tren manis yang sederhana – blusukan. Lantas, apakah yang membuat perbedaan secara substansiil dalam dinamika masyarakat? Mudah, perubahan (baca: keberpihakan) ke arah atmosfer kerakyatan.