[caption id="attachment_107990" align="aligncenter" width="184" caption="Teroris Porno"][/caption] Belum lama diberitakan tentara USA menemukan film-film porno di komputer Osama bin Laden. Sekarang ada berita koleksi VCD porno di rumah tersangka teroris Sigit Qurdowi yang digerebek di Sukoharjo Jawa Tengah. Dulu saat Noordin M Top ditangkap mati, hasil otopsi menunjukan bahwa yang bersangkutan sering disodomi. Kenapa mereka suka dengan fim porno ? Mungkin karena mereka menganggap harus berlatih dahulu sebelum bertemu dengan 72 bidadari, yang harus dipuaskan setiap waktu. Kita bisa bayangkan apa yang mereka lakukan ketika menonton film porno itu. Coba sekali-sekali digerebek juga rumah dan markas kelompok-kelompok agama tertentu yang sering demo dan melakukan kekerasan serta bersimpati kepada Osama. Mungkin hasilnya membuat kita lebih tercengang. Fakta-fakta ini menunjukan betapa absurdnya nilai-nilai yang dipegang oleh teroris. Perjuangan mereka menjadi kehilangan makna. Di satu sisi sangat menentang Barat dan nilai-nilainya yang mereka anggap kotor penuh gelimang dosa, di sisi lain mereka amat menikmati produk-produk pornografi (yang kemungkinan besar juga buatan Barat). Mereka ingin kelihatan suci dalam pandangan orang, termasuk mengkampanyekan perang suci, termasuk tidak segan-segan melakukan tindakan kekerasan terhadap orang-orang yang mereka anggap penuh noda dan dosa (pub, bar, kedatangan Miyabi, perusakan minimarket yang menjual minuman keras, memeras pengusaha hiburan, dll) disisi lain mereka juga pelaku dari semua kekotoran itu (dari pandangan mereka, pornografi, pornoaksi, sodomi, pemerasan adalah perbuatan kotor dan dosa). [caption id="attachment_107991" align="aligncenter" width="230" caption="Daftar Pejuang Suci Pornografi"][/caption] Sesungguhnya perbuatan mereka bukanlah aksi suci. Mereka hanya mau mewujudkan energi kekerasan dari dalam diri dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Motifnya adalah kebutuhan akan kekuasaan, rasa menang, balas dendam dan motif-motif "purba" lainnya, bukan karena Tuhan. Apalagi bercampur dengan gairah sex yang meluap-luap, yang saking ingin melakukannya, mereka wujudkan dengan bentuk menonton video porno itu. Kita seperti diingatkan dengan teori Freud, tentang adanya ID yang menjadi sumber semua dorongan kekerasan, kekuasaan, penaklukan, dan syahwat/sexual. Tuhan (dan agama) hanya mereka pakai untuk legitimasi perbuatannya untuk menutupi maksud sebenarnya dari pandangan manusia lain. Melihat fenomena ini, kita dapat berkesimpulan bahwa teroris sesungguhnya manusia biasa yang tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Mereka bukan pejuang suci, bukan ahli surga, tapi pecundang, kalah dengan dorongan emosi dan syahwat belaka. Menyerah untuk hidup dalam gelimang kekerasan, dan pada akhirnya, berbuat dosa lebih banyak daripada orang biasa.
KEMBALI KE ARTIKEL