Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Provokasi Demokrasi

15 Maret 2014   22:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:54 58 0

Pengarang: Harry Blamires

Penerbit: Penerbit Regent College

Tahun terbit: 2004

Tebal: 176 halaman

Demokrasi! Ketika anda mendengar kata itu, apa yang ada di benak anda? Suatu pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat? Tidak salah memang. Namun dalam buku ini, tepatnya pada Bab 12 yang berjudul ‘Demokrasi’ membahas sisi lain dari demokrasi itu sendiri. Harry Blamires membuka bab ini dengan memberi contoh mengenai bagaimana negara-negara Eropa timur yang telah begitu lama tunduk pada totalitarianisme Marxis, dengan bangga memproklamasikan perubahan mereka menuju alam demokrasi. Sejarah telah mencatat bahwa hanya demokrasi yang mampu melindungi banyak orang dari tirani dan ketidakadilan. Prinsip ini begitu terbukti sampai-sampai kita ‘menyelipkan’ teori demokrasi itu sendiri, bahkan di luar hal politik.

Bagi sebagian orang, demokrasi berarti kesetaraan di antara sesamanya, dan memiliki hak yang sama untuk memilih pemerintah kita, dan mengambil suara mayoritas yang akhirnya dimenangkan. Sekali lagi, ini tidak salah. Tetapi tidak semua suara mayoritas merupakan metode terbaik untuk mencapai kebenaran di dalam setiap bidang, Coba lihat sisi lainnya. George Bernard Shaw dengan cermat mengamati bahwa “demokrasi menggantikan penunjukan oleh segelintir orang yang menyalahgunakan kekuasaan dengan pemilihan oleh banyak orang yang tidak kompeten.” Orang mungkin bingung apa standarnya suatu pribadi dikatakan berkompeten atau tidak. Lebih lanjut, dituliskan bahwa Alternatifnya adalah dipimpin “segelintir orang yang menyalahgunakan kekuasaan.” Dengan kata lain, demokrasi dibutuhkan karena sesuatu dari demokrasi yang itu dapat menjaga semua orang. Pada prinsipnya adalah dalam demokrasi setiap orang bisa melakukan penyalahgunaan kekuasaan.

Bab ini juga mengajarkan kepada kita bagaimana caranya agar bisa mewujudkan demokrasi yang mungkin tidak sempurna, namun bisa meminimalisir kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, yaitu dengan penundukan diri. Sebagai contoh, ketika kita masih kecil, orang tua kita memberi tahu mana yang benar dan mana yang salah. Selalu ada pilihan entah kita mau menurut atau melawan. Namun karena penundukan diri itulah, kita tahu mana yang baik dan salah.

Pada akhir bab ini, Penulis menganalogikan sebuah negara dengan gembala dan domba-dombanya. Gembala yang memimpin tanpa domba, adalah pekerjaan yang sia-sia, itulah gambaran mengenai pemerintah tanpa rakyat. Begitu juga sebaliknya, sekumpulan domba tanpa seorang gembala akan kacau riuh, bahkan mencelakakan diri sendiri. Hal yang bisa menciptakan harmonisasi antara gembala dengan dombanya adalah kasih sayang yang ditunjukkan pada dombanya, dan rasa patuh domba kepada sang gembala.

Kelebihan buku ini adalah bisa membandingkan satu teori dengan fakta yang ada di dunia sekuler dan dunia rohani. Pembahasannya juga mendalam sehingga pembaca mengerti betul isi dari bab ini. Namun sayangnya, bahasa yang digunakan cukup rumit dan tidak familiar, sehingga jenjang pembaca yang disarankan adalah pemuda sampai dewasa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun