Henri salah satu teman kami memang dikenal banyak akal dan ulah yang dering menjengkelkan. Banyak teman yang sering terkecoh oleh akal bulusnya. Selain itu ia terkenal pelit, sering meminta tetapi jarang mau memberi. Jika menerima kiriman uang dari orang tuanya dan ada teman yang tahu lalu minta ditraktir, ada saja alasannya menghindar agar tidak mengeluarkan uang.
Minggu tenang waktunya mahasiswa belajar untuk persuapan Ujia Tengah Semester (UTS). Hampir demua penghuni asrama belajar sampai jauh malam. Tidak heran kalau tengah malam rasa lapar datang menyerang dan sering tak tertahankan.
Di lingkungan asrama sering ada tukang nasi goreng keliling. Banyak penghuni asrama yang berlangganan, apalagi jika musim ujian. Herannya tukang nasgor ini tahu saja kalau mahasiswa sedang menghadapi ujian. Malam-malam lapar pasti mencari nasi goreng. Kami banyak dikenal termasuk Henri.
Kali ini beberapa teman sepakat mengerjai Henri. Ketika tukang Nasgor lewat dipanggil lalu masing-masing memesan atas nama Henri. Setelah itu memakannya tidak di kamar tetapi masing-masing mencari tempat tersembunyi. Setelah selesai makan dan mengembalikan piring lalu menghilang bersembunyi lagi mengintip dari jauh.
Ketika Henri datang memesan Nasgor ia ditagih untuk membayar makanan yang dipesan teman-teman. Tentu saja ia menolak, tapi akibatnya abang Basgor naik pitam. Tangan kirinya memegang tangan Henri dan tangan kanannya mengacungka pisau mengancam Henri. Tentu saja Henri jetakutan dan langsung merogoh sakunya mengambil uang untuk membayar semua pesanan yang dimakan teman-teman.
Kami yang melihat itu dari tempat persembunyian tentu saja kami semua menahan tawa, medki ada juga perasaan kasian. Keesokan paginya Hendri mendamprat kami semua, tetapi hanya kami tanggapi dengan senyum geli. Itulah dinamika kehidupan fi asrama.