Pansel, masyarakat senang dengan hasil kalian. Masyarakat terus menunggu, hasil akhir. Yang terpilih dari antara sepuluh yang tinggal sekarang, dan nantinya memimpin KPK kita harapkan mereka adalah terbaik, bersih, punya kompetensi. Yang bisa menilai sepuluh itu memiliki kompetensi, ya pansel. Yang bisa menilai calon adalah terbaik dan bersih, tak hanya pansel, tapi tolong berikan kesempatan untk rakyat menilai. Tidak cukup jika masyarakat hanya mengirim masukan melalui surat, email untuk pansel melalui perilaku para calon ini.
Maka, segeralah menayangkan secara terus menerus wajah sepuluh atau lima calon terbaik melalui televisi nasional. Biar masyarakat yang mengenal siapa di antara mereka turut menilai perilaku para calon pimpinan KPK ini. Metode ini akan lebih memberikan kepercayaan dan obyektivitas tinggi. Hasil ini dijamin akan lebih baik ketimbang para calon hanya dinilai pansel,presiden dan DPR RI. Sebab soal subyektivitas akan turut bermain. Ingat kita orang timur, masih kuat unsur subyektivitas dalam proses rekrutmen personalia. Dampaknya, dalam banyak lapangan bukan yang terbaik yang kita dapatkan, tapi yang kenal dekat, suku sama, agama sama, golongan sama, partai sama, keluarga besar sama, dari famili dekat, harus diakui turut terlibat dalam prosesing banyak sekali kegiatan rekrutmen di negeri ini.
Kita tidak ingin, pimpinan KPK yang dibayar dengan gaji tinggi, fasilitas hebat, posisi terhormat, tetapi imbalan buat percepatan pemberantasan korupsi di negeri ini sangat minimal, bahkan mereka turut berkonspirasi dengan koruptor, tukang suap, sehingga tindak pidana korupsi tidak pernah berhasil baik. Kita inginkan, pimpinan KPK adalah pribadi yang integritas antikorupsi dari yang bersangkutan tidak diragukan. Pribadi seperti ini yang langka di lembaga Polri dan Kejaksaan RI yang seharusnya tidak korup malahan mereka paling korup. Seharusnya tidak menerima suap, mereka suka menerima suap. Akbatnya wibawa lembaganya melorot, terdegradasi di mata rakyat, dan memunculkan lembaga KPK.
Minggu ini di Jakarta, saya mengajar percepatan pemberantasan korupsi kepada generasi muda yang bekerja di kementerian negara. Mereka mengatakan pejabat di unit mereka masih tetap korupsi, memberi peluang terjadi korupsi. Kita generasi muda prihatin dengan kondisi ini, kata mereka. Jika mereka kembali ke permanent system, bisa-bisa materi tentang pemberantasan korupsi yang mereka terima dan semuanya bagus-bagus tidak berlaku, tidak bisa diimplementasikan karena lingkungan kerja korup. Inilah sedikit gambaran betapa wajah birokrasi negara yang masih belepotan kotor. Maka, tolong, pimpinan KPK mendatang adalah orang yang sejatinya anti korupsi sehingga wajah birokrasi negara bisa dibersihkan, walau harus diakui bertahap dan makan waktu lama.