Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Putri dan Kekasih Seorang yang Mulia

17 Juli 2012   03:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:53 244 1
Tahukah kamu siapakah itu Hafshah binti Umar?

Ia adalah salah seorang putri Nabi yang mulia. Suaminya pun adalah orang yang mulia. Bahkan orang yang paling mulia di muka bumi, yaitu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Tahukah kamu apa jasa-jasanya? Amat banyak. Selain mendampingi suaminya tercinta dalam menyampaikan risalah ilahi, ia pun istri Nabi yang pertama kali menyimpan Al-Qur’an dalam bentuk tulisan pada kulit, tulang, dan pelepah kurma, hingga kemudian menjadi sebuah kitab yang sangat agung.

Tahukah kamu bagaimana masa kecilnya?

Ketika lahir Hafshah, terkejutlah bapaknya, yaitu Umar bin Khaththab. Mendengar bahwa yang lahir adalah bayi wanita, Umar sangat berang dan resah. Demikianlah kebiasaan bapak-bapak Arab Quraisy ketika mendengar berita kelahiran anak perempuannya.

Bagi mereka ketika itu, lahirnya anak perempuan dianggap membawa aib bagi keluarga. Padahal kalau saja ketika itu Umar tahu bahwa putrinya itu kelak membawa berkah bagi keluarganya, tentu Umar akan menjadi orang yang paling bahagia. Mengapa begitu?  Sebab putrinya itu di kemudian hari menjadi istri pemimpin besar umat manusia, yaitu Rasulullah.

Tahukah kamu apa watak Hafshah?

Ia dibesarkan dengan mewarisi sifat ayahnya, Umar bin Khaththab. Dalam soal keberanian, dia berbeda dengan wanita lain, kepribadiannya kuat dan ucapannya tegas. Aisyah melukiskan bahwa sifat Hafshah sama dengan ayahnya. Kelebihan lain yang dimiliki Hafshah adalah kepandaiannya dalam rnembaca dan menulis, padahal ketika itu kemampuan tersebut belum lazim dimiliki oleh kaum perempuan.

Tahukah kamu kapan Hafshah memeluk Islam?

Setelah ayahnya yang dulu adalah penentang keras dakwah islam luluh hatinya dan tersinari dadanya dengan hidayah islam, Hafshah pun mengikuti jejak ayahnya meraih cahaya islam.

Tahukah kamu kapan Hafshah menikah?

Ketika ayahnya,  Umar bin Khatthab masuk islam, gegerlah Mekah. Kabar keislaman Umar ini membuat goncang pemuka-pemuka Quraisy . Sebaliknya keislaman beliau justru menambah suntikan semangat dan secercah harapan dalam menghadapi kekejaman Quraisy yang ketika itu kian memuncak. Sampailah berita keislaman Umar di telinga para muhajirin yang berada di Habasyah. Mereka pun bertekad untuk kembali ke tanah asal mereka setelah sekian lama ditinggalkan.

Di antara mereka yang kembali itu ada seorang pemuda bernama Khunais bin Hudzafah as-Sahami. Pemuda itu sangat mencintai Rasulullah sebagaimana dia pun mencintai keluarga dan kampung halamannya. Dia hijrah ke Habasyah untuk menyelamatkan diri dan agamanya. Setibanya di Mekah, dia segera mengunjungi Umar bin Khaththab, dan di sana ia melihat Hafshah. Maka berdesirlah hatinya. Ia pun memberanikan diri mendatangi  Umar untuk melamar putrinya. Umar pun merestuinya. Bersatulah keduanya dalam ikatan yang suci...

Cobaan dan Ganjaran

Setelah kaum muslimin berada di Madinah dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berhasil menyatukan mereka dalam satu barisan yang kuat, tiba saatnya bagi mereka untuk menghadapi orang musyrik yang telah memusuhi dan mengambil hak mereka.

Terjadilah peperangan pertama antara umat Islam dan kaum musyrik Quraisy adalah Perang Badar. Dalam peperangan ini, Allah telah menunjukkan kemenangan bagi hamba- hamba-Nya yang ikhlas sekalipun jumlah mereka masih sedikit. Khunais termasuk salah seorang anggota pasukan muslimin, dan dia mengalami luka yang cukup parah sekembalinya dari peperangan tersebut. Hafshah senantiasa berada di sisinya dan mengobati luka yang dideritanya, namun Allah berkehendak memanggil Khunais sebagai syahid. Jadilah Hafshah seorang janda, padahal ketika itu usianya baru delapan belas tahun, namun demikianlah Allah menguji hamba-Nya agar sebagai bentuk cinta-Nya.

Kesedihan Umar...

Melihat anaknya telah menjadi janda pada usia yang sangat muda, terenyuhlah hati Umar.

Dalam hatinya terbetik niat untuk menikahkan Hafshah dengan seorang muslim yang saleh agar hatinya kembali tenang. Untuk itu dia pergi ke rumah Abu Bakar dan meminta kesediaannya untuk menikahi putrinya. Akan tetapi, Abu Bakar diam, tidak menjawab sedikit pun.

Kemudian Umar menemui Utsman bin Affan dan meminta kesediaannya untuk menikahi putrinya. Akan tetapi, pada saat itu Utsman masih berada dalam kesedihan karena istrinya, Ruqayah binti Muhammad, baru meninggal. Utsman pun menolak permintaan Umar. Menghadapi sikap dua sahabatnya, Umar sangat kecewa, dan dia bertambah sedih karena memikirkan nasib putrinya. Lalu ia menemui Rasulullah dengan maksud mengadukan sikap kedua sahabatnya. Mendengar penuturan Umar, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hafshah akan menikah dengan seseorang yang lebih baik daripada Utsman dan Abu Bakar. Utsman pun akan menikah dengan seseorang yang lebih baik daripada Hafshah.”

Apa maksud beliau? ini kabar gembira!

Akhirnya, Rasulullah lah yang akan menikahi putrinya...

sumber dari sini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun