Eri berjalan tanpa harapan. Ia memakai seragam SMA-nya yang terlihat kusam dan kumal. Semangat hidupnya telah padam. Langkahnya terhenti di sebuah pohon besar. Dipanjatnya pohon itu dan ia duduk di rantingnya yang kokoh. Ia memasang tali dan diikatnya tali itu di lehernya. “Selamat tinggal,” ucapnya lirih. Ia melompat turun. Raganya tak bernyawa lagi. Ranting itu patah dan tubuhnya rebah di tanah.
KEMBALI KE ARTIKEL