Sebelum berjalannya kickoff babak pertama, Gefy dan Atale, kedua pemuda yang berprofesi tukang ojek ini terlihat agak menjauh dari kerumunan penonton. Keduanya lebih memili jarak, entah apa sebabnya.
Aku saat itu telat hadir sehingga tak dapat tempat duduk dikarenakan penuh. Bahkan penglihatanku sampai ada yang rela berdiri dengan kaki berjinjit.
Karena tak dapat tempat duduk dan bila memaksakan berdiri hanya kepedihan yang bisa aku terima. Akhirnya kuputuskan untuk bergabung bersama Gefy dan Atale. Dari lokasi tempat duduk mereka, aku bisa melihat TV dengan jelas walau samar gambarnya.
Gollllll....horeeee, sorakan para fans Madrid ketika sang Idola Gareth Bale memasukan gol pembuka ke gawan Barcelona yang dijaga Pinto. Laga final berjalan makin seruh dan penuh ketegangan.
Gefy disebelah kanan tempat duduku tak terlalu terbawa suasana dengan sorakan para fans Barcelona. Ia ternyata sedang serius membicarakan sesuatu kepada Atale. Yang dibicarakannya itu adalah Agas. Ya, Agas. Aku mendengar kata itu diucapkan berulang kali dari mulutnya.
Penasaran. Sungguh aku sangat penasaran. Dalam hatiku bertanya-tanya, apa gerangan agas yang dibicarakan ini? Awalnya kupikir seekor nyamuk yang dibicarakan, padahal bukan. Pikiranku keliru.
Perempuan itu beta bertemu dengannya di dekat pom bensin. Beta langsung membawanya ke penginapan kecil di Natsepa. Dari situlah beta mainkan dia," kata Gefy terlihat tampak bangganya.
Aku mendengar pembicaraan Gefy tentang Agas berulang kali namun belum bisa menanggapi ataupun bertanya. Sementara ekspresi Atale sudah meminta nomor si Perempuan itu kepada Gefy.
Bagi nomornya dulu Gef, jangan main sendiri-sendiri begitu," pinta Atale yang sudah tidak sabar terlihat dari sistem wajahnya.
Sabar, beta cek nomornya dulu.
Aku hanya bisa terdiam mendengar pembicaran kedua orang itu. Tidak menutup kemungkinan juga melepas pandanganku dari layar Tv dan penuh sorakan para fans kedua tim.
Nah ini nomornya Ate," ucap Gefy sambil menyodorkan hpnya kepada Atale yang semakin mendesak kepintaannya.
Ihh, namanya Agas kah," tanya Atale.
Iyoto, kan dia setiap malam keluar dan bergiggit. Makanya beta taroh namanya Agas.
Hahaha..ale memang cukardelen Gef. Kalau begitu beta juga taroh namanya Agas 01.
Mendengar kata itu, penasaranku yang terpendam akhirnya mulai ku ungkapkan perlahan dengan satu pertanyaan.
Kaka Gef, agas itu apakah," tanya ku.
Hahaha..mereka berdua tertawa dengan pertanyaanku, lalu menjawab.
Ade, ale masih kecil. Jangan sok cari tahu soal beginian nanti wajahmu itu cepat kelihatan tua.
Hmm, aku terdiam. Hanya pasrah yang bisa aku terima. Lalu pergi meninggalkan kedua orang itu yang sudah meremehkanku.
***
Besoknya, masih dipangkalan ojek yang sama, cerita akan pertandingan semalam tidak ada habisnya. Walaupun Piala Copa Delrey telah diraih Real Madrid. Mengalahkan Barcelona dengan skor 2-1, para fans Barcelona masih saja beradu argumentasi dan belum bisa menerima kekalahan.
Saat itu sepulang sekolah, aku hendak mampir dipangakalan ojek Jalan Cabang sembari mendengar adu mulut yang dilakukan antara fans Barca dan fans Madrid.
Ketika itu Akon, coach sepak bola PS Louriha juga tengah berada di Pangkalan Ojek. Ia sedang menunggu sang istri pulang belanja dari pasar. Kuhampiri Akon yang tidak termakan ocehan fans Madrid itu.
Dia mengajaku bercerita terkait sepak bolaan Ps Louriha kedepannya. Aku juga merupakan bagian dari anak asuhnya Coahc Akon. Cerita kita sangat panjang dengan beragam motivasi yang diberikan kepadaku. Aku melahapnya dengan rasa penuh semangat.
setelah diujung cerita, aku berencana menjadikan Akon sebagai pembayar rasa penasaranku tentang apa itu Agas seperti saat semalam Gefy dan Atale membicarakannya.
"Coach, beta boleh tanya sedikit jua. Sebenarnya agas itu apa?". Soalnya tadi malam Gefy dan Atale sering bicara soal itu. Gara-gara kata Agas itu bikin beta jadi penasaran sampai detik ini".
Oh..gitu.
Ia coach," jawabku.
Agas itu to, perempuan jalanan. Pokonya perempuan tidak baiklah. Atau perempuan kalau mau begini dengan mereka harus bayar dulu.
Tapi kenapa disebut Agas," tanyaku lagi yang masih dipenuhi rasa penasaran.
"Ya karena perempuan itu biasa nampakan dirinya pada malam hari dengan pakaian sexy-sexy. Siangnya mereka bersembunyi. Pokonya seperti Agaslah, malam hari selalu ada dan menggigit sementara siang menghilang entah kemana".
Banya sekali perempuan SMA dan Mahasiswi yang menjadi Agas. Ya, paling tidak untuk biaya semeter bila kiriman terlambat. Atau kalau Ale nongkron di depan kampus, sekolah pada malam hari pasti Ale bisa tahu melihat mereka.
Coahc Akon kemudian menambahkan, Agas itu istilah anak muda dipangkalan ojek sini kepada para perempuan yang tidak baik dan suka berkeliaran tengah malam.
Ohiya, siap coahc.
"Paham to, itu dulu. Beta harus antar istri pulang ini , soalnya sudah lapar juga nih perut".
Oke Coach Akon, hadijah (hati-hati dijalan).
Rasa penasaranku akhirnya terbayar puas dengan penjelasan Coah Akon terkait Agas itu setelah semalam dibuat penasaran tak berdaya dan dipanggil anak kecil oleh Gefy dan Atale.
Aku yang masih polos ketika itu hanya bisa menerima tanpa beradu argumentasi perlawanan dan membela perempuan yang di judge sedemikian rupa dengan kata Agas.
Bagiku Ini merupakan kerusuhan kata yang dibuat kondisis sosial untuk melegitimasi sifat laki-laki guna menjatuhkan martabat perempuan.
Hanya sebatas itu aku menganalisanya.