Saya sebenarnya sepakat dengan lontaran isu yang ada. Hanya saja kita perlu koreksi lagi, bahwa apakah isunya akan sustainable of goal atau sebatas isu panas-panas tai ayam. Padahal agenda prioritas yang harus diperhatikan ialah bagaimana perusahan-perusahan skala besar yang sudah merusak dan menghancurkan lahan adat dan hutan sagu di Maluku harus setop.
Disisi lain, berbagai aktivis ugal-ugalan, OKP, Â tampil membicarakan otsus, begitupun dengan para elite politiknya, hanya berdasar pada Maluku punya Blok Masela atau dengan adanya Otsus bisa menyerap APBN maupun DAK DAU untuk dapat dipergunakan bagi kesejaterahkan masyarakat Maluku. Sementara ada 90 buruh PT.WLI Seram utara yang di PHK sepihak, tidak ada yang berani ngomon. Atau hutan adat desa Hualulu mau diprogramkan proyek transmigran boro-boro dijadikan isu sentral perlawanan. Welehhh!
Isu musiman memang membuat orang jadi ofname pemikiran, hal-hal yang dekat saja sulit diperjuangkan. Lantas bagaimana dengan hal yang tidak pasti? Paling tidak, Maluku sampai kini banyak dimodusin oleh perusahan berskala besar, semenjak proyek MP3E1 diluncurkan pemerintahan SBY, wilayah Seram termasuk kawasan zona proyek mega besar. Kita tunggu saja kapan akan beroperasi.Â