pernahpun menjuarai balap sepeda Tour de Java dan menjuarai balap sepeda PORDA sulawesi. Perjalanan beliau menjadi dokter penuh lika-liku karena bekerja sambil sekolah, hingga lama meninggalkan koasnya dan balik lagi belajar demi gelar dokternya.
Perjalanan hidup Papi sangat keras. Papi, bekerja di Kalimantan Timur (Balikpapan) dan keluarganya menetap di Makassar, namun akhirnya keluarga tercinta diboyong ke Balikpapan saat situasi karier Papi menanjak saat menjadi dokter di Pertamina.
Balikpapan tidak membuatnya begitu betah hingga pada tahun 1988 dimasa Orde Baru. Papi, pindah ke Ibukota Jakarta untuk melanjutkan kariernya sebagai seorang dokter. Berbagi konsultasi ia lalukan dengan para kerabat sekarier yang sudah lebih mendahuluinya di Jakarta.
Tepatnya di Jatinegara, kota Jakarta Timur, Kosan berpetakan seadanya ia tempati. Di tempat tinggalnya, banyak orang mengira Papi sebagai tukang sayur. Kisah tragis di Jakarta adalah buah kesuksesan Papi. Sekitar tahun 90-an, Papi, pindah ke Bekasi dan mendirikan Klinik pertamanya. Walau Kliniknya masih kontrak dan pindah-pindah, jerit payah Papi akhirnya membuahkan hasil yang terbilang memuaskan baginya.
Di Bekasi, alhamdulillah puji tuhan dan kerja keras Papi, ia berhasil mendirikan sebuah klinik bertempat di Bekasi Timur, yang cukup besar dan lengkap akan fasilitas. Papi juga, memiliki 5 orang dokter umum, 1 orang Psikolog dan 1 orangnya lagi sebagai calon dokter.