“Siapa pun yang melihatku melihat ajaran, dan siapa pun yang melihat ajaran melihatku” -Buddha-
“Buddha: A Story of Enlightenment” bukan merupakan buku terbaru. Buku ini pertama kali diterbitkan di Indonesia pada tahun 2007 dan merupakan karangan Deepak Chopra, seorang dokter, terapis, dan penulis yang lahir di India dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Amerika Serikat. Mungkin sebagian dari Anda telah membaca buku ini, dan sayang sekali saya baru berkesempatan membaca buku ini saat membuat artikel ini. Dan bagi Anda yang belum pernah membaca, jika Anda menyangka bahwa buku ini adalah buku agama dan sarat muatan filosofis, Anda salah besar. Buku ini murni merupakan karya sastra novel yang menceritakan kisah hidup Siddharta Gautama Sang Buddha, pembawa ajaran agama Buddha.
Sang Buddha, orang yang dinobatkan sebagai manusia paling berpengaruh keempat di dunia oleh Michael H. Hart ini memang masih menyimpan banyak misteri dalam kisah hidupnya. Lahir sebagai seorang pangeran kerajaan Sakya di Kapilavastu (sekarang Nepal) sekitar 563 SM, tidak menghalangi rasa ingin tahunya terhadap kehidupan di luar istana yang penuh penderitaan. Hal tersebut yang membuat jalan hidupnya berubah drastis. Bukannya menjadi raja yang menjadi penguasa di keempat penjuru angin, ia malah mengasingkan dari kehidupan dengan menjadi pertapa. Langkah itu justru membuatnya mencapai kesadaran tertinggi sebagai manusia yang bertuhan dan berketuhanan seperti nama yang disematkan kepadanya “Buddha” yang berarti “manusia yang telah sadar”.
Buku setebal 400 halaman ini mengisahkan kehidupan Sang Buddha dalam tiga bagian: Siddharta Sang Pangeran, Gautama Sang Pertapa, dan Buddha yang penuh Belas Kasih. Ketiga bagian ini mewakili kisah-kisah yang yang dialami Sang Buddha dalam ketiga fase hidupnya tersebut. Dengan kecerdasannya berkisah, Deepak Chopra membawa pembaca ke abad 5 sebelum Masehi di wilayah Kapilavastu di kaki pegunungan Himalaya. Chopra mengisahkan Buddha sebagai manusia yang tidak berbeda dengan yang lainnya. Ia adalah manusia yang memiliki jiwa dan raga yang sama seperti saya, Anda, dan kita semua tetapi mampu mencapai penguasaan tertinggi atas hawa nafsu dan tubuhnya sendiri lewat tekadnya yang keras. Beberapa bagian memang hanya fiksi belaka, tetapi penggambaran yang apik dari Deepak Chopra membuat pembaca dapat membayangkan segala kondisi psikologis yang Buddha alami semasa hidupnya.
Deskripsi yang detail dan mengagumkan dari Chopra tentang berbagai sosok, latar tempat, waktu, dan kejadian yang terlibat dengan Buddha pada novel ini akan semakin membuat pembaca dapat memahami berbagai emosi yang dialami Sang Buddha. Namun, meski buku ini merupakan sebuah novel, bukan berarti tidak sarat akan hikmah dan pengetahuan. Justru sebaliknya, novel ini dapat menjadi alternatif bagi Anda untuk mengambil makna dan pelajaran dari apa yang telah Buddha ajarkan dan lakukan yang masih bergaung hingga saat ini. Buku ini sangat tepat bagi Anda pecinta karya sastra novel yang mendambakan kisah dengan alur deskriptif yang runut, mengalir, emosional, dan menegangkan, tetapi tetap penuh makna filosofis yang terkandung di dalamnya.
Selamat membaca.. :D
Follow me on Twitter @abighifari
Add me on Facebook, Google+, LinkedIn, and ResearchGate: Abi Sofyan Ghifari