Perang Saudara Rinso Melawan Rinso, kenyataan itulah yang akan saya bahas dalam kajian Manajemen Marketing kali ini. Unilever Indonesia meluncurkan produk Rinso sebagai produk yang melegenda di segment sabun cuci detergent. Kalo orang ngomong bubuk detergent untuk mencuci maka yang telintas di benak konsumen langsung tertuju pada Rinso. Brand image yang kuat produk ini tidak terlepas dari hasil kerja keras Unilever sebagai pelopor nomor satu di bidang detergent. Mau tidak mau posisi Rinso sebagai Market Leader di bidang bubuk detergent harus terus dipertahankan.
Disisi lain, manisnya bisinis detergent tidak serta merta dinikmati Unilever sebagai Market Leader, untuk menguasai pasar di bidang detergent. Ada So Klin sebagai market followernya. So Klin memiliki posisi yang cukup strategis sebagai market follower. Posisinya sedikit demi sedikit namun pasti merebut pangsa pasar Rinso. Setiap tahun penjualan So Klin nyaris tumbuh dan berkembang.
Diamkah Rinso pangsa pasarnya di gerogoti oleh So Klin sedikit demi sedikit?Oh tentu tidak! Melihat pergerakan So Klin yang semakin ciamik sebagai market follower tentunya Rinso tidak akan membiarkan dirinya di caplok So Klin . Mulai Iklan yang gencar di berbagai media. Harga diskon yang gede-gedean di distributor-distributor retailnya. Semua itu dilakukan untuk menghadang exspansi So Klin yang semakin meraja lela. Cukup sampai disinikah perjuangan Rinso mempertahankan pangsa pasarnya?
Price, Produk, Promotions & Place adalah setrategi yang paling dasar yang di ajarkan Philip Kotler dalam ilmu marketingnya. Semua usaha itu dilakukan Rinso demi membendung kekuatan So Klin. Apakah selalu berdampak positif bagi Rinso? Ada dampak bumerang bagi Rinso. Harga Rinso yang rusak di pasaran. Mau tidak mau Rinso harus melawan produknya sendiri ketika menjual produknya dipasar.
Berdasarkan info yang diperoleh penulis, bahwa PT Unilever Indonesia dalam mendistribusikan produknya menggunakan dua jalur distribusi yaitu distribusi pasar modern dan distribusi jalur tradisional. Kedua jalur distribusi ini memiliki kebijakan dalam menggunakan buget pemasaran berbeda. Sehingga mau tidak mau ketika produk terdistribusi dilapangan harga yang terjadi adalah bervarian, alias beda-beda disetiap distributor. Jikapun selisih harga yang rentangnya tidak terlalu jauh, sebenarnya perang saudara ini, masih bisa terelakkan. Namun karena over buget dalam melakukan aksi promonya. Akhirnya berimbas pada persaingan harga yang tidak sehat. Beberapa distributor hulu resmi Unilever saling berebut konsumen dengan strategi banting harga. Dengan kondisi ini dampak yang paling bawah, adalah di toko-toko eceran pasar traditional. Mau, tidak mau para pedagang traditional juga ikut-ikutan perang saudara didalam menjual Rinso.
Ketika distributor Surabaya melempar harga Rinso 900 gram di Carrefour dengan harga promo Rp.12.700 per unitnya, sedangkan di distributor lamongan Rp.13.600 per unitnya, (selisih Rp.900/pcs) maka mau-tidak mau juragan-juragan besarnya di Lamongan akan mengejar promo tersebut sampai ke Surabaya. Dampak terburuk dari perang harga tersebut adalah rusaknya harga di pasar paling bawah, sehingga mengakibatkan Rinso 900 gramnya di distributor Lamongan tidak bisa terjual secara optimal. Dari sinilah secara tidak langsung perang saudara antara Rinso melawan Rinso dimulai. Tinggal menungggu saja siapa yang kuat dialah yang akan menang! Alias kanibalisme dalam dunia bisnis. Saudara makan saudara, Rinso perang melawan Rinso.
BAGAIMANA MENURUT ANDA SAHABAT KOMPASIANER?
By ABI CALLYSTA
SALAM
Catatan: segala diskusi yang ada disini tidak bermaksud untuk mendiskreditkan atau mempromosikan suatu produk/merek/jasa. Penyebutan merek dilakukan untuk melakukan perbandingan secara langsung, dan ditujukan untuk menjadikan diskusi lebih menarik. Segala pendapat yang ada hanya merupakan pendapat pribadi, dilakukan dengan akal sehat dan niat baik untuk kepentingan diskusi mengenai dunia Sales & Marketing. Segala kesalahan data, apabila ada, agar dikesampingkan karena tidak menjadi pokok penting dalam penulisan dan diskusi.
Tulisan lain yang lebih menarik, baca juga >>> http://banyuwangi.org/strategi-4p-produk-unilever-rinso-vs-soklin/