Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

BBM Naik Presiden dan Pejabat Turun Gaji, Berani ?

19 November 2014   02:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:27 442 21


Rakyat tahunya harga BBM naik. Tidak paham mengenai subsidi BBM diturunkan. Tidak mengerti bahwa selama ini telah dimanjakan, hidup dalam kemudahan membakar-bakar minyak yang disubsidi negara dan ongkos subsidinya mulai menggunakan porsi utang luar negeri. Hanya orang-orang pintar yang mengerti. Rakyat tidak mengerti.

Harga BBM naik berarti semua harga-harga kebutuhan pokok dan tidak pokok, biaya-biaya dalam kehidupan sehari-hari alamat akan naik juga. Rakyat yang pejabat gajinya hebat tunjangan berlipat. Rakyat yang terhormat bisa berkreasi dengan angka gaji dan ditetapkan sendiri. Rakyat yang pegawai gajinya selalu  disesuaikan dengan keadaan. Rakyat yang buruh kenaikan UMR nya tahun depan sudah diteken, dilibas efek kenaikan harga BBM, sama juga bohong. Rakyat yang bukan pegawai dan buruh juga bukan, tidak ada yang menggaji, lalu mau dinaikkan apanya? Rakyat miskin resmi yang terregistrasi, lumayan enak karena mendapat paket kartu sakti.

Tapi baiklah rakyat tidak akan mengeluh karena itu percuma, tidak akan misuh karena itu dosa. Rakyat hanya bisa taat patuh kepada penguasa, baik itu raja-raja, Kumpeni, Jepang, maupun pemerintah Republik Indonesia. Saat resesi ekonomi dunia juga menyapu Indonesia, para pelaku ekonomi menengah dan raksasa ikut terpuruk tak berdaya, rakyat kecil dengan roda ekonominya yang kecil baik-baik saja. Melawan kebijakan pemerintah hanya mempersulit diri sendiri, mencari penyakit. Mahasiswa itu kan anak-anak bodoh belum merasakan sulitnya kehidupan, teriak-teriak protes sambil merusak, kalau nanti serak ke dokter atau dibui pak Polisi, yang susah orang tuanya juga.

Sebagian besar rakyat juga percaya dan mengusung harapan kepada Bapak Presiden Joko sehingga kemaren Pilpres memilihnya. Maka apapun kebijakan yang sekarang dilakukan tetap diharapkan merupakan salah satu langkah awal untuk membawa kesejahteraan negeri ini. Nampak jelas di mata dan terasa di hati Bapak Presiden Joko tulus bekerja. Para Menteri yang membantu juga sudah menunjukkan ciri orang-orang kerja, bukan hanya orang yang pintar bicara. Segudang rencana pembangunan sudah ada, sekarang tinggal melaksanakannya. Berakit-rakit ke hulu, bersakit-sakit dahulu? Rakyat siap menjalani bersama-sama.

Termasuk efek kenaikan harga BBM ini adalah bagian dari bersakit-sakit dahulu. Ratusan triliun yang bisa diselamatkan akan digunakan untuk membantu rakyat miskin terdampak secara tepat, dan sebagian lagi untuk melakukan pembangunan yang bersifat produktif. Tidak apa-apa, rakyat siap menjalani sakitnya bersama. Bersama lho. Berarti pemerintah harus ikut menjalani sakitnya.

Mengapa tidak, untuk berempati kepada rakyat, dan untuk rasa kebersamaan dengan rakyat yang menurun daya belinya akibat kenaikan harga BBM, para pejabat pemerintah juga ikut menurunkan daya belinya? Presiden, menteri-menteri, Dirjen, dan para pejabat lainnya diturunkan gajinya. Gaji mereka semua ini sudah sangat mencukupi kebutuhan maksimum. Usia para pejabat yang sudah separoh baya, juga sudah  fase berkurangnya kebutuhan, karena anak-anak yang sudah mulai dewasa dan mandiri. Diturunkan gajinya tetap akan membuat gajinya berlebihan, dibandingkan dengan tingkat pendapatan rakyatnya kebanyakan.

Rakyat percaya Presiden Joko Widodo dan jajaran menteri-menterinya benar-benar tulus berjuang untuk kemakmuran rakyat, benar-benar tulus bekerja, tidak ingin memperkaya diri sendiri atau memegang kekuasaan untuk kepentingan pribadi, keluarga, teman dan kroni. Rakyat melihat Bapak Presiden dan jajaran menteri-menterinya adalah orang-orang yang sudah berkecukupan hidupnya. Tidak mengambil gaji sama sekalipun, tidak masalah. Maka tunjukkanlah empati untuk bersama-sama rakyat bersakit-sakit menghadapi perjuangan memajukan negeri ini.

Sudah ada kompasianer yang menulis, bahwa pemotongan gaji para pejabat seantero Indonesia, juga akan menghasilkan penghematan ratusan triliun. Pejabat menerima gaji yang jauh dari berlebih melewati batas mencukupi kelayakan hidup di Indonesia. Sebagai salah satu wujud revolusi mental para pejabat dari mentalitas priyayi menuju mentalitas pelayan rakyat, diawali dengan tindakan patriotik memotong gajinya. Bila hanya tindakan seorang Presiden dan jajaran kabinet yang tidak akan mengambil gaji, menyumbangkan untuk rakyat, tidak akan terkumpul seberapa, hanya akan menjadi tindakan simbolis.

Esok hari menonton teve atu membaca berita, Presiden Joko mengumumkan tidak menerima gaji beserta seluruh menteri, memotong gaji seluruh pejabat pemerintah di semua tingkatan, alangkah serunya. Anggota legislatif yang selalu tidak mau kalah, akan tidak mau kalah dengan langkah pemerintah, ikut-ikutan enggan menerima gaji. Kenaikan harga BBM? Beratnya beban hidup? Sakitnya itu tidak di sini, tidak juga disana. Sakitnya kita jalani bersama-sama. Rakyat akan sungguh gembira. Pembangunan akan berjalan lancar dengan mudah dan cepatnya. Sisa anggaran APBN akan dobel tersedia, dari pencabutan subsidi BBM dan pemotongan gaji pejabat seluruh negeri. Semua rencana pembangunan dapat terongkosi.

Apakah dengan demikian lalu kemajuan dan kemakmuran rakyat segera tercapai? Yang pasti rakyat dan pemimpin bersatu hati. Semua pekerjaan besar dengan mudah diselesaikan. Rakyat akan dengan rela ikut berjuang, dengan rela menjalani sulitnya kehidupan, giat bekerja mencontoh pemimpinnya, memperbaiki gaya hidup yang tidak efisien selama ini, mudah menerima himbauan pemerintah, mencintai produk negeri sendiri. Kemakmuran dan kemajuan? Itu tidak perlu dicari, sudah pasti mengikuti.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun