Dewasa ini, kopi bukan hanya milik kalangan tertentu, jenis kelamin tertentu ataupun usia tertentu. Dulu, mungkin akan ada komentar “Loh, cewek koq ngopi?” ketika ada makhluk yang menurut saya paling indah itu pesen segelas kopi. Meskipun mungkin sekarang juga masih ada, tapi tidak seperti dulu.
Selain memiliki bayak manfaat bagi kesehatan, kopi juga ternyata memiliki manfaat yang tidak kalah banyaknya bagi para pujangga. Berapa ratus atau bahkan mungkin ribu karya yang hadir, yang insfirasinya (konon) dari kopi. Entah itu karya yang bertemakan ‘kopi’ atau kopi yang berfungsi sebagai ‘doping’ untuk menemani proses lahirnya karya.
Seiring berjalannya waktu, berbagai merk kini menawarkan kemudahan untuk menikmati kopi. Tidak usah meracik, kita bisa langsung menikmati segelas kopi hanya dengan menyobek ujung kemasan itu. Karena di sana sudah ada gula, susu sebagai campuran dari kopi.
Tapi percayalah, aromanya akan semakin oyeh, ketika kita menikmati kopi hasil racikan sendiri. Bukan yang tinggal sobek, terus aduk dan glekkk. Nikmatnya kopi hasil racikan sendiri itu sudah bisa dirasakan ketika tetesan pertama air dari tekomenyentuh bubuk kopi. Ada sensasi yang aduhai di sana, yang tidak dimiliki oleh kopi ‘sobek’ itu.
Nah ketika menyeduh kopi, hendaknya tidak langsung ‘blekk’ sekaligus dengan volume air memenuhi gelas. Bertahap, sedikit-demi sedikit. Terlebih dahulu, tuangkan air panas hanya sekedar agar kopi bisa diaduk dengan gula, sedikit saja. Ketika kopi sudah menyatu, mengental kita tambahkan lagi air panas, sampai ke dua ‘benda’ itu bener-bener encer. Setelah itu, barulah kita tuangkan air menurut selera.
Kenapa harus repot-repot dengan proses yang lelet seperti itu? Ada sensasi yang tidak biasa dalam proses itu dibandingkan dengan menuangkan air sekaligus. Selain itu, dari segi rasapun, ada perbedaan yang lumayan dibandingkan dengan ‘terburu-buru’ itu. Bukankah kita sepakat dalam setiap tegukkan kopi menyimpan sejuta keindahan?
Atau kalau ingin menikmati sensasi kopi dengan cita rasa yang agung, sekali-kali sempatkan waktu untuk menikmati kopi kothok. Tapi, lagi-lagi ini membutuhkan waktu yang ‘lama’ jika dibandingkan dengan kopi ‘buru-buru’ lebih-lebih kopi ‘sobek.’ Bukankah dari hasil nikmat itu ada proses yang indah?
SALAM KOPI