Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

"Tenanglah"

29 Oktober 2012   10:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:15 135 1
“Tenanglah...” Katamu kala itu
Aku masih menyimpan itu, Sayang
Aku patri dalam dasarnya hati
Menggumpal dalam basuhan-basuhan waktu yang senantiasa merangkak

Tenangalah..
Mengalir, menelisik dalam sel-selku
Menjelma tangan Khodijah, mengusap rambut indah Muhammad SAW nya
Tenanglah, Sayang..
####
Ah, bedebah..
Kenapa bayang-bayang itu keras menjelma
Bayang-bayang ketakutan dalam ketakutanmu
Gigilanmu menggerutuk, melapalkan symbol-symbol itu

Kicauan burung hitam legam itu begitu lekat
Pekat jelaga, menuntun modim mengantarkan berita bedebah
Menyeruak, membentur lukisan-lukisan gelap
Lalu... putih membayang dan dingin..
Aku takut dalam ketakutanmu, Sayang
###
Sayang..
Aku haus nyanyian-nyanyianmu..
Berdengdanglah, dan usir kicauan burung legam itu
Petiklah dan berpadulah bersama “Subhanallah’ tasbihmu
Sarungkan kerinduan harmonisnya Shalahudin bercengkrama dengan kekasihnya..
Sayang.. Tenanglah..

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun