Aya kembali diam. Digenggamnya daun jati yang sudah terlipat rapih itu. Entah apa yang Aya pikirkan sekarang. “Kang, Aya mau jalan dulu ya,” ucap Aya dengan senyum manis kemudian meninggalkan Inin setelah ucap salam.“Iya Teh.. Wa’alaikum salam. Itu Untuk Teteh,” jawab Inin.
“Ah, bayang-bayang itu sesekali mencandaiku. Ku ambil saja sekat-sekat yang melingkar. Ku ikat kau dan bertumpu pada relungku. Aku, kau” samar-samar telinga Aya menangkap suara Inin.