Ternyata memang ada sesuatu dari banyak hal yang indah di sana. Saya melihat ‘Indonesia’ yang benar-benar ‘BHINEKA TUNGGAL IKA’ di desa Rangkat...
Bagaimana Ki Ade, Mas Hans, Teh Mom dan Saya sendiri yang tidak jarang menggunakan bahasa sunda, yang memang bahasa ibu. Atau mungkin minimalnya logat sunda selalu nongol di setiap status atau komen. Pun kadang-kadang Mba-mba lain dengan fasihnya menggunakan boso jowo kromo... Mba Langit Quen, Pak As, Mba Kembang, mas Bowo dan Rangkaters yang memang berasal dari daerah Jawa bagian tengah dan timur.
Saya yang sedikit tau tentang boso jowo, sunguh sangat terhibur dengan boso jowo mereka. Pun sebaliknya, mudah-mudahan, mereka pun merasa tidak jengah dengan basa ‘kabayan’ saya dan temen-temen dari tatar pasundan. BHINEKA TUNGAL IKA nya Desa Rangkat
Tidak hanya itu, saya pun sangat merindukan bahasa Makassar, Bahasa Bali, Bahasa Melayu dan bahasa-bahasa lainnya pun ikut muncul di kehangatan obrolan di Desa Rangkat ini. ke BHINEKA TUNGAL IKA an Desa Rangkat pun, nampak kental dengan Kopdar pertama di Jogya. Dengan segala tetek-bengek nya Jogya, bagaimanapun juga Jogya bagi saya adalah kampung yang mewakili segala budaya, suku yang ada di Indonesia
Berawal dari perkenalan bahasa ibu di desa Rangkat, sangat mungkin untuk bisa berlanjut ke daerah masing-masing. Sanes kitu? Eleh-eleuh.. Sayah mah seneng pisan, atueh da ge kalo sampai bisa main ke Makasar di ‘gaid’ sama Mba Asih.. main ke tanah Melayu di gaid sama Teh Uleng.. sunguh haturnuhun pisan sayah mah....