Banyak budaya daerah yang sejatinya tidak hanya sarat dengan nilai-bilai seni, melainkan juga (mungkin) sarat dengan nilai-nilai kemanusian bahkan mungkin ke Tuhanan, yang menghilang dari bumi kita. Setidaknya, itu yang terjadi di daerahku.Perkembangan zaman, sering kali di klaim sebagai penyebab ‘mati’nya warisan leluhur kita itu, padahal mungkin, tidak ada tujuan sama-sekali dari perkembangan zaman untuk membumi hanguskan budaya lokal.
Di tengah-tengah semakin memudarnya budaya kita, tadi pagi ada sedikit kebanggaan. Ternyata, salah satu seni budaya warisan leluhur kita, masih eksis. Tidak kalah bangganya, karena budaya ‘konservatif’ itu diperankan oleh anak-anak belia. Ya, Anak-anak yang masih berusia seragam putih-abu, nampak dengan gerakan yang (bagi aku) sangat luar biasa, tadi pagi memainkan salah satu seni budaya kita, RAMPAK GENDANG.
Empat gadis yang masih mengenakan seragam putih-abu, nampak dengan gerakan yang elegant, meliuk-liuk mengikuti irama yang dimainkan oleh seniman tardisional (juga). Dengan gerakan, yang aku yakin, memiliki nilai seni yang tinggi, dengan berbalut pakaian serba orange membuktikan bahwa seni budaya warisan leluhur itu masih eksis sekaligus tidak ketinggalan zaman.
Dengan gerakan yang elegant, ke empat seniman muda nan Cantik itu, dengan penuh kebanggaan, seakan-akan ingin membuktikan, bahwa masih ada anak muda yang kelak akan menjaga budaya leluhur kita. Gerakan kaki, tangan yang harmonis dengan berbagai atraksi yang diperlihatkan oleh seniman muda, meyakinkan aku, seni rempak kendang, tidak hanya sekedar gerakan yang memiliki nilai seni semata, melainkan ada kandungan-kandungan yang luhur yang ingin di sampaikan dalam gerakan itu. Tapi pesan apa yang ingin disampaiakn, aku belum tahu.
Tak terasa, selama sekitar 1 jam, menikmati gerakan-gerakan elegant dari seniman Putih-Abu itu, aku pun terhanyut dalam keindahan bakat seni yang dimiliki oleh generasi penerus penjaga kekayaan kita itu…