dan ruang segala hening mengada, tiada
entah kapan ia melipatnya menjadi amplop
dan ia masukkan kedalam kotak matanya
makam mana lagi rupa tadi pekertinya
toh setiap kali terjaga ia, masih dalam tidur
mimpi-mimpi menarik ekornya, ia marah
lalu mengeluh pada kuncup bunga matahari
aduhai cantiknya kuning setundun pisang
emas dipohonnya yang semampai-
wahai seribu mata kegelapan pergilah dari bulunya
ia, musang kesiangan nangis kedalam semak
memungut dutir embun petik bintang
dan mengais bulan buat makan siangnya
Yogyakarta, 12/9/2013