Tua muda , cantik jelek , pintar bodoh , dan sejuta dikotomi paradoks lainnya melebur dalam massa yang terhipnotis untuk hiburan selama satu bulan yang sudah disiapkan selama bertahun-tahun. Kesiapan dari sang penyelenggara Brazil , yang banyak dipertanyakan akan memberikan jawaban-nya sendiri , segala fasilitas infrastruktur dan suprastruktur yang mendapat banyak kritikan akan tampak dengan jelas benar atau tidaknya, yang pasti miliaran penghuni dunia berharap untuk terhibur dan melupakan sejenak beban hidup yang menghimpit.
BRAZIL
Tuan rumah , juara lima kali aka Penta World Cup , 3 kali saat masih bernama Jules Rimet dengan legenda Pele-nya. Tak salah bila harapan selalu menggunung dimanapun dan kapanpun Brazil bertarung , karena mereka bernafas sepakbola, barisan bintang seperti tidak pernah habis datang dan pergi bahkan tak jarang pemain keturunannya digaet dan dicuri oleh negara lain yang melihat kesempatan (contoh teranyar adalah Diego Costa yang dikantongi Spanyol - bayangkan Spanyol yang bertabur bintang saja tanpa malu-malu merayu dan menggoda sang bintang Atletico)
Piala dunia kali ini , tentu tiada kata lain selain juara ! Unggulan satu sudah biasa , sekarang adalah unggulan satu atau mati , sukses atau makian ala WC 1950 , di mana 170 ribu penggemar di Estádio do Maracanã dibuat terhenyak oleh gol Ghiggia yang sekaligus menjadi penentu kemenangan Uruguay dan kehidupan nestapa bagi seluruh pasukan Brazil dalam kehidupan pribadi mereka seumur hidup , terutama sang kiper Moacir Barbosa yang terus dianggap sebagai biang kerok , kambing hitam , dan sebutan lainnya yang menyakitkan....Bayangkan bila diri anda menjadi dirinya, berjuang dengan bangga dan gigih untuk negara , bangsa , tanah air , sampai ke final namun gagal juara, anda dianggap tak ubahnya sebagai pecundang #1 seumur hidup, sakit ? tentu , namun itulah harga juara sepakbola di tanah RIO Brazil.